Moselo, Pengembang Aplikasi Chat dan Marketplace bagi Jasa Kreatif
Mengurus acara pernikahan sendiri bukanlah hal sederhana. Pencarian desainer, make up artist, hingga fotografer kerap menyita waktu para calon mempelai. Tapi bagi Richard Fang, kerepotan yang dirasakannya saat akan menuju pelaminan pada November 2016 itu kemudian menjadi cikal bakal lahirnya startup marketplace jasa kreatif Moselo.
Richard, yang kemudian menjadi Founder dan CEO berujar bahwa ia dan istrinya menghabiskan waktu hanya untuk mencari penyedia jasa melalui berbagai platform seperti Bride Story hingga Instagram. Setelah ada yang menarik, mereka kemudian menghubungi vendor-vendor tersebut melalui telepon, aplikasi chatting, hingga surat elektronik.
“Kami habiskan waktu dan tenaga untuk kontak semua vendor, lewat berbagai aplikasi yang berbeda. Ini menyita waktu dan kurang efisien," kata dia, Senin (4/6).
Berawal dari kesulitan itu, ia pun mengembangkan ide untuk membuat satu aplikasi yang menghimpun beragam penyedia jasa di industri kreatif. Apalagi, ia juga berprofesi sebagai desainer sehingga cukup memahami tantangan dan kondisi di industri ini.
"Saya berharap, Moselo bisa menjadi wadah bagi pelaku industri kreatif agar terhubung dengan mudah kepada konsumen," ujarnya.
(Baca juga: Amartha, Spesialis Pemberi Kredit Mikro bagi Perempuan)
Ia pun menggaet Head of Mobile Tech StyleTheory, Ritchie Nathaniel dan rekannya di Weekend Inc., Andoko Chandra membangun Moselo, yang kemudian dirilis pada Agustus 2017 pada Android dan iOS. Keduanya, kini menjabat sebagai CTO dan Technology Advisor Moselo.
Hingga saat ini, Moselo sudah memiliki 10 ribu pengguna. Sedangkan experts penyedia jasa kreatif sudah mencapai 1.000 orang, yang terbagi atas enam kategori yakni beauty, fashion, design, videography, photography, dan entertainment. Richard mengatakan, saat ini kategori beauty dan photography adalah yang paling berkembang.
Tahun ini, ia menargetkan 75 ribu pengguna dengan jumlah penyedia jasa sebanyak 10% dari total pengguna atau sekitar 7.500. Ia optimistis target itu bisa tercapai, karena data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyebutkan 80% pengusaha kreatif menggunakan internet untuk berkomunikasi, 70% mencari informasi, dan 60% melayani pelanggan. Melalui aplikasi ini, segala keperluan tersebut dilakukan secara terintegrasi.
Terkait dengan monetisasi, Moselo menetapkan fixed handling untuk setiap transaksi, yang dibebankan kepada klien Sedangkan untuk penyedia jasa, dikenakan biaya admin untuk withdraw balance ke rekening expert yang terdaftar. "Sekarang masih gratis (untuk klien)," kata Richard.
(Baca juga: Carousell Dapat Suntikan Modal Rp 1,2 Triliun dari Rakuten)
Selain itu, Moselo berencana menjual sebuah alat pembayaran virtual bernama MoseloCoin. Alat pembayaran ini nantinya bisa digunakan para expert untuk menerima pesanan dari calon pelanggan. Hanya, saat ini Moselo ingin fokus mengembangkan fitur terlebih dulu. Baru kemudian mengkaji kembali pembuatan MoseloCoin.
Saat ini, Moselo melengkapi diri dengan tiga fitur terintegrasi. Pertama, discover yang memungkinkan user untuk mencari tahu tentang inspirasi tren terkini, profil expert, dan kreasi pilihan dari experts. Kedua, fitur happening now untuk membantu para ahli mengkomunikasikan jasa yang ditawarkan ataupun program promosi yang sedang berlaku.
Fitur ketiga adalah integrated chat commerce. Melalui fitur ini, proses pencarian, komparasi penyedia jasa sesuai kebutuhan, pemesanan, hingga proses pembayaran dan konfirmasi, dilakukan dari chat room. Moselo pun melengkapi sarana pembayaran, baik melalui bank transfer ataupun kartu kredit.
Adryan Agung Dwiyantoro, seorang fashion fotografer menyatakan Moselo cukup membantunya dalam mengembangkan karir. Pada masa awalnya menjadi freelancer pada 2015, ia banyak mencari klien melalui koneksi pribadi.
Kini, Moselo telah membantunya hingga bisa membangun startup fotografi sendiri yang dinamai Alexo Pictures. “Sekarang saya mengerjakan banyak genre fotografi. Wedding, portrait, fashion, dan corporate,” ujarnya.