Kereta Bandara Masih Kalah Populer daripada Transportasi Lain
Kereta Bandara tampaknya belum menjadi pilihan utama masyarakat. Transportasi yang diresmikan Januari 2018 masih memiliki kekurangan daripada moda lain. Alhasil, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan lain untuk menuju Bandar udara (bandar) Soekarno-Hatta.
Wedha Anggandhie (27) yang merupakan karyawan swasta memilih menggunakan taksi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta daripada naik kereta. Alasannya adalah kemudahan pemesanan dan penjemputan.
Alasan lain yaitu kenyamanan ketika membawa perlengkapan yang banyak. “Kalau bawaan banyak, akan lebih nyaman naik taksi dan langsung sampai di bandara,” kata Wedha, Rabu (13/6).
Tak hanya, Wedha, Rizky Adryatma (27) juga masih enggan menggunakan kereta untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta. Pegawai swasta ini lebih memilih bus milik Perum Damri karena alasan akses dan jarak.
Sebagai orang yang bertempat tinggal di daerah Buaran, Jakarta Timur, akan lebih dekat menuju Terminal Rawamangun untuk menumpang bus DAMRI ke bandara daripada kereta. Apalagi, kereta hanya berasal dari Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper. “Terminal lebih dekat dari rumah, saya malas bergonta-ganti kendaraan umum ke stasiun,” ujar Rizky.
Katadata.co.id pun sempat menjajal kereta tujuan Bandara dari Stasiun Sudirman Baru dengan jadwal pemberangkatan pukul 12.51 dan waktu tiba 13.37. Saat memasuki pintu masuk stasiun, terpampang jelas logo bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan ukuran yang sangat besar.
Layanan pembelian tiket pelayanan mandiri serta sistem perbankan sebenarnya memudahkan pengunjung. Seorang petugas pun siaga mengawal pembelian jika pengunjung kesulitan.
Fasilitas yang disediakan di dalam stasiun juga terbilang mewah. Namun, stasiun terlihat sepi, tidak penuh seperti tempat keberangkatan angkutan pada umumnya.
Tak semua kursi di kereta itu pun terisi penuh. Ada sekitar 220 kursi yang masih kosong. Padahal kapasitasnya 272 orang.
Salah satu petugas di Stasiun, mengatakan penumpang kereta dalam sehari rata-rata mencapai 2.000 hingga 3.000 orang. Jumlah itu pernah mencapai puncaknya pada Jumat 8 Juni lalu, yang menembus 6.000 orang. Setelah itu kembali ke normal.
Di sisi lain, penggunaan Kereta Bandara juga memiliki kekurangan. Setelah sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, penumpang masih harus naik kereta layang yang bergerak antarterminal.
Waktu jeda keberangkatan antarkereta layang memalam waktu sekitar 13 menit. Untuk itu, penumpang pesawat yang berangkat dari Soekarno-Hatta dengan menggunakan kereta bandara juga harus memperhitungkan waktu tambahan jika tidak mau tertinggal.
Akan tetapi, ada beberapa penumpang yang masih menjadikan kereta sebagai transportasi menuju Bandara seperti yang dilakukan Dani. Pria berumur 28 tahun itu mencoba kereta bandara karena penasaran dengan pelayanan fasilitas baru yang disediakan.
Dani mengedepankan opsi kereta bandara karena jalanan yang lebih lancar. Waktu tempuh perjalanan dari Sudirman Baru hingga Soekarno-Hatta sepanjang 24,2 kilometer hanya 44 menit. Lebih cepat daripada moda transportasi lainnya dengan waktu yang sama. Kereta Bandara melayani 35 perjalanan pulang pergi setiap 30 menit sekali.
(Baca: Mengejar Pesawat dengan Kereta Bandara)
Pertimbangan lainnya adalah kemudahan bagi penumpang yang membawa barang banyak menuju Stasiun Sudirman Baru. Jadi, begitu sampai di stasiun, bisa langsung naik kereta. “Kalau ke terminal, jalan dari pintu masuk sampai bus DAMRI sangat jauh,” kata Dani.