Utang Luar Negeri per April 2018 Turun 8,8%

Desy Setyowati
21 Juni 2018, 20:10
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar US$ 356,9 miliar atau setara Rp 4.997 triliun per April 2018. Jumlahnya menurun 8,8% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$ 358,7 miliar atau sekitar Rp 5.043 triliun.

Bank Indonesia (BI) mencatat, rasio utang tersebut stabil di kisaran 34,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).  Meski, secara tahunan jumlah utang tersebut naik 7,6% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy).

Utang pemerintah dan bank sentral tercatat senilai US$ 183,8 miliar atau setara Rp 2.573 triliun. Jumlahnya menurun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 184,7 miliar atau Rp 2.586 triliun. "April 2018, pemerintah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) atau global bonds dalam mata uang dolar AS dan Euro," demikian tertulis dalam Siaran Pers BI, Kamis (21/6).

Global bonds itu dirilis dengan format SEC-Registered Shelf, yang memungkinkan pemerintah menerbitkan obligasi di pasar modal kapan pun saat dibutuhkan. Lantas, pemerintah menerbitkan surat utang ini ketika lembaga pemeringkat internasional Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dari Baa3 atau positif menjadi Baa2 atau stabil pada 13 April 2018.

(Baca juga: Utang Pemerintah Tembus Rp 4.000 T, Ini Risiko yang Perlu Diwaspadai)

Pada periode yang sama, terdapat pelunasan pinjaman dan pelepasan Surat Berharga Negara (SBN) domestik oleh investor asing. Hal itu terjadi setelah bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) akhir Maret 2018. Alhasil, utang pemerintah di luar bank sentral turun menjadi US$ 180,5 miliar atau Rp 2.527 triliun.

Utang pemerintah itu terbagi atas SBN yang dimiliki oleh non residen sebesar US$ 125,1 miliar atau Rp 1.751 triliun dan pinjaman dari kreditur asing US$ 55,4 miliar atau Rp 775,6 triliun. "Pengelolaan utang luar negeri secara profesional dan bertanggung jawab dilakukan pemerintah secara konsisten, untuk menjaga sustainabilitas fiskal," demikian tertulis.

Sementara itu, utang swasta tercatat US$ 173,1 miliar atau Rp 2.424 triliun. Utang swasta juga turun dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 173,7 atau Rp 2.431 triliun. Sektor pertambangan, industri pengolahan, dan jasa keuangan menjadi penyebab utama utang swasta menurun. "Pertumbuhan utang luar negeri ketiganya sebesar 2,1%, 4,3%, dan 2,1% per April 2018. Itu lebih rendah dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya," sebagaimana dikutip.

(Baca juga: Rating Kredit Indonesia Naik, BI Waspadai Rasio Beban Utang 170%)

Sedangkan pertumbuhan utang luar negeri sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA) meningkat dibanding bulan sebelumnya. Pangsa utang luar negeri keempat sektor tersebut mencapai 72,4% terhadap total utang luar negeri swasta. Kendati pertumbuhannya meningkat, pangsa pasatnya relatif sama dibanding periode sebelumnya.

Berdasarkan jangka waktunya, struktur utang luar negeri Indonesia masih didominasi utang jangka panjang. Pangsanya sebesar 86,7% dari total utang luar negeri per April 2018. Kendati begitu, BI memandang koordinasi dengan pemerintah terkait perkembangan utang luar negeri perlu dioptimalkan.

al ini penting, lantaran utang luar negeri berperan untuk membiayai pembangunan. Namun, tentunya diupayakan tanpa menimbulkan risiko yang memengaruhi stabilitas perekonomian.

Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...