Jokowi Rapatkan Kabinetnya Antisipasi Ancaman Perang Dagang Trump
Presiden Joko Widodo akan mengumpulkan para menteri kabinetnya untuk menggelar rapat pada senin pekan depan. Pemerintah akan membahas ancaman dan upaya antisipasi perang dagang Amerika Serikat terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Menteri Perdagangan Enggartiasti Lukita mengatakan pihaknya belum mengetahui secara detail apa upaya mitigasi yang akan dilakukan pemerintah terkait isu perang dagang ini. Sebelum bertemu Jokowi, para menteri akan melakukan rapat pada Minggu besok, membahas topik ini sebagai pendahuluan.
"Tunggu saja hari Senin. Nanti kami akan rapat hari Minggu untuk berkoordinasi," kata Enggar di Tanggerang Selatan, Banten, Jumat (6/7). (Baca: Soal Ancaman Tarif, Indonesia Siap Lobi AS dan Tempuh Jalur Negosiasi)
Sebelumnya, Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani mengatakan Pemerintah Amerika Serikat (AS) sedang mengkaji ulang 124 produk asal Indonesia yang sebelumnya masuk Generalized System of Preference (GSP).
GSP merupakan pembebasan tarif bea masuk impor dari negara berkembang. Dengan kajian ini, membuka kemungkinan Amerika Serikat akan kembali menerapkan bea masuk untuk produk-produk tersebut.
Emggartiasto menyadari pengkajian kembali ini memang merupakan hak Pemerintah Amerika Serikat. Namun dirinya berharap kebijakan tersebut tidak jadi dijalankan AS. Politisi Nasdem tersebut juga mengatakan lobi juga terus dilakukan pemerintah.
"Tolong pertimbangkan (impor) jasa (dari AS) juga," kata dia. (Baca: Bank Dunia Ingatkan Indonesia Waspadai Perang Dagang)
Presiden Jokowi memastikan akan melakukan rapat kabinet, khusus mengenai ancaman perang dagang AS terhadap Indonesia pada Senin pekan depan. Namun, dia masih enggan membeberkan apa saja poin-poin yang akan dibahas dan apa saja rencana pemerintah menghadapinya perang dagang ini.
"Hari Senin kami akan bicara khusus mengenai itu," kata Jokowi di Jakarta Convention Center, Jumat (6/7). (Baca: RI Bentuk Kelompok Kerja Antisipasi Perang Dagang AS dan Tiongkok)