Dua Proyek Migas Mundur ke Tahun Depan
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan dua proyek hulu minyak dan gas bumi (migas) yang mundur ke tahun depan. Padahal proyek tersebut awalnya ditargetkan beroperasi tahun ini.
Dua proyek itu adalah Ario Damar-Sriwijaya Phase 2 yang dioperatori Tropik Energi Pandan dan CPS Modification oleh PetroChina Internasional. Kedua proyek ini dikeluarkan dari target beroperasi tahun ini karena masih ada beberapa kendala.
Jadwal operasi Proyek Ario Damar mundur menjadi Maret 2019, dari awalnya Desember 2018. Penyebabnya adalah kontraktor harus melakukan tender ulang. Kapasitas produksi proyek ini mencapai 20 juta kaki kubik per hari (mmscfd).
Adapun Proyek CPS Modification yang semula ditargetkan beroperasi Desember 2018, bergeser ke tahun depan karena adanya perubahan lingkup pekerjaan. Poyek CPS modification ini memiliki kapasitas produksi 30 mmscfd.
Alhasil, proyek yang beroperasi tahun ini hanya lima, dari target tujuh. "Yang rencana onsteram tahun ini lima proyek," kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Kelima proyek itu yakni proyek Blok A yang digarap PT Medco E&P Malaka. Kapasitas fasilitas produksinya 3.100 barel per hari untuk minyak dan gas 55 mmscfd. Proyek ini telah beroperasi 25 Maret lalu, dan akan beroperasi secara penuh pada bulan ini. Nilai kontrak rekayasa, pengadaan dan konstruksi (Engineering Procurement Construction/EPC) proyek ini mencapai US$ 164 juta.
Kemudian, proyek optimalisasi fasilitas produksi Lica, yang dikerjakan PT Medco E&P Indonesia. Kapasitas fasilitas produksi 4.000 bph dengan perkiraan produksi puncaknya sekitar 3.700 bph. Proyek ini ditargetkan beroperasi pertama kali Oktober 2018. Kontrak EPC-nya bernilai US$ 8,5 juta.
Ketiga, proyek SP milik PT PHE ONWJ. Kapasitas produksi sebesar 30 mmscfd dengan target puncak produksi sesuai kapasitas yang dibangun. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada Oktober 2018 dengan nilai kontrak EPC US$ 50,7 juta.
Keempat, proyek pengaliran gas Temelat ke Gunung Kembang Stasiun yang dikelola PT Medco E&P Indonesia. Kapasitas produksinya 13 mmscfd, tapi puncaknya hanya 10 mmscfd. Proyek ditargetkan beroperasi pada Desember 2018. Kontrak EPC sebesar US$ 11,8 juta.
(Baca: Turun Separuh, Cuma 7 Proyek Hulu Migas Beroperasi Tahun 2018)
Kelima, pembangunan subsea pipeline gas lift BW di Lapangan Poleng. Proyek ini digarap PT Pertamina EP dengan kapasitas produksi 700 mmscfd. Target operasi proyek ini Desember 2018. Nilai kontrak EPC proyek ini sebesar US$ 16,1 juta. "Pertamina EP di Poleng, bisa selesai Desember 2018,"kata Amien.