Gubernur BI Yakin Rupiah Akan Lepas dari Tekanan Dolar
Kurs rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Kemarin rupiah di level 14.391 per dolar. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat.
Dia memprediksi rupiah terapresiasi karena relatif terkendali. Meskipun demikian, nilai tukar saat ini masih lemah atau overvalue bila dibandingkan dengan fundamentalnya. (Baca juga: BI Jaga Rupiah, Cadangan Devisa Diramal Turun ke Bawah US$ 120 Miliar)
Oleh karena itu, perlu ruang untuk mengapresiasi rupiah agar sesuai dengan level yang seharusnya. ”BI terus menjaga stabilitas ekonomi khususnya nilai tukar rupiah,” kata Perry di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (11/7).
Untuk mencapai target tersebut, perlu diambil sejumlah langkah dalam “menenangkan” kondisi rupiah yang dipengaruhi oleh tekanan eksternal tersebut. Secara akumulatif dari awal tahun hingga saat ini, pelemahan rupiah 5,6 persen lebih rendah dari negara lainnya seperti peso Filipina dan rupee India. Demikian juga dibandingkan mata uang Brazil, Korea Selatan, dan Turki.
Dalam menahan kejatuhan rupiah, bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate hingga satu persen dalam dua bulan. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menarik minat investor terhadap pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar Surat Berharga Negara (SBN). Perry mengatakan arus masuk asing ke SBN pun mulai terjadi. (Baca pula: Sri Mulyani Beri Sinyal Rem Impor Buat Meredam Pelemahan Kurs Rupiah).
Mengacu pada data Direktorat Jenderal Perimbangan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah investasi asing hingga 10 Juli mencapai Rp 831,999 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan pada posisi 2 Juli sebesar Rp 827,563 triliun.
Hasilnya, Perry mengklaim nilai tukar rupiah semakin stabil yang menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan BI dengan pemerintah sudah tepat. BI dan pemerintah memang berkoordinasi dalam menyusun bauran kebijakan antara kebijakan fiskal dan reformasi struktural.