BI Perkirakan Defisit Transaksi Berjalan Bengkak Jadi US$ 25 Miliar

Rizky Alika
25 Juli 2018, 16:20
Mirza Adityaswara
Arief Kamaludin|KATADATA
Mirza Adityaswara

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) tahun ini sebesar US$ 25 miliar. Jumlah tersebut membengkak dibandingkan posisi tahun lalu sebesar US$ 17,3 miliar atau 1,7 % dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Karena posisi tersebut, Bank Indonesia mendorong aliran dana masuk alias capital inflow untuk memperkecil nilai defisit. "Tahun ini mungkin US$ 25 miliar jadi harus ada modal yang masuk," kata Mirza di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Rabu (25/7). "Modal yang masuk bisa melalui PMA (penanaman modal asing), portofolio, dan utang luar negeri."

Advertisement

(Baca: Kemenkeu Paparkan Insentif Pajak Buat Perbaiki Defisit Neraca Jasa)

Meski membengkak, Mirza mengatakan defisit masih di bawah 3 % dari PDB. Agar terus terjaga di bawah target, BI mengambil langkah untuk menarik dana asing. Salah satu kebijakan bank sentral ialah reaktivasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada Senin kemarin.

SBI ini berbeda dengan instrumen BI yang aktif sebelumnya, yaitu Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI). SBI dapat dibeli oleh investor asing, sementara SDBI hanya investor domestik. SBI merupakan variasi instrumen dalam tenor 9 bulan dan 12 bulan.

Di sisi lain, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun ini diperkirakan berbeda dengan tahun lalu. Sebab, pada 2018 net keluar di portofolio lebih besar. Tahun lalu, NPI mencatatkan surplus US$ 12 miliar.

“Pasar saham net-nya masih negatif. Kalau pasar SBN sudah mulai masuk lagi, kami harap masuknya bisa lebih banyak kalau situasi lebih stabil,” ujar dia. (Baca juga: Lebih Optimistis, BI Ramal Neraca Dagang Juni Surplus US$ 1 Miliar).

Adapun defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2018 tercatat US$ 5,5 miliar atau 2,1 % dari PDB. Defisit tersebut lebih rendah dari posisi triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 6 miliar atau 2,3 % dari PDB.

Penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. Penurunan defisit neraca jasa teresebut dipengaruhi kenaikan surplus jasa perjalanan.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement