Ini Hal yang Paling Dibutuhkan Agar Perempuan Bisa Terus Berkarir

Tim Riset dan Publikasi
Oleh Tim Riset dan Publikasi - Tim Publikasi Katadata
25 Juli 2018, 17:17
Ini Hal yang Paling Dibutuhkan Agar Perempuan Bisa Terus Berkarir
Katadata

Kalau ada istilah Iron Lady untuk riset dan data di Indonesia, gelar tersebut layak disandang oleh Yanti Nisro. Berbagai lingkaran strategis dunia riset dan data tanah air ia nahkodai. Perempuan asal Semarang ini adalah Presiden Persatuan Riset Pasar Indonesia (PERPI), Deputy Managing Director firma riset pasar DEKA sekaligus Board of Advisor Data Science Indonesia.

Posisi tersebut diraih Yanti bukan tanpa perjuangan. Setelah lulus sarjana Statistika IPB tahun 1987, ia memulai karirnya sebagai Data Processing Programmer di Nielsen.

Berkat dedikasi dan kerja kerasnya di perusahaan tersebut, karirnya meroket. Hanya dalam 17 tahun Yanti menduduki jabatan Direktur Operasional dan Komunikasi. Empat tahun kemudian, ia memimpin Nielsen Asia Tenggara bagian selatan sebagai Executive Director Data Collection.

“You define yourself,” kata Yanti kepada Tim Riset Katadata menjelaskan bagaimana ia sebagai perempuan memenangi perjalanan karir di dunia riset dan data. “Tak perlu dipikirkan kamu perempuan harus begini, begitu. Just do your best.”

Menurut Yanti, perempuan menghadapi lebih banyak tantangan dalam mendaki jenjang karir dibanding laki-laki. Apalagi saat memilih berkeluarga, perempuan lebih sering mengalah dan meyakini karir suami lebih penting.

Salah satu dari sekian banyak perempuan di Indonesia yang harus mundur dari karirnya yang gemilang adalah Bin Hariyati Nana atau Nana. Padahal, semenjak kuliah sejumlah prestasi diraihnya, termasuk Mahasiswa Berprestasi FMIPA, hingga kejuaraan nasional Statistika Ria. Tak heran, dia pun kerap diganjar beasiswa.

Lulus dari jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Nana bekerja di perusahaan tambang sebagai Data Evaluator. Selama ditempatkan di site Kideco Pamapersada Nusantara di Batu Kajang, ia pun tak henti mengukir prestasi. Namun sejak menikah, ia harus rela meletakkan segenap ambisinya di rumah. Nana mengalah menjadi ibu rumah tangga, merawat kedua buah hatinya.

“Keluarga dan suami sebenarnya sangat support buat balik kerja, tapi situasi dan kondisinya yang belum memungkinkan. Dulu pas mau langsung balik kerja, nggak ada yang bisa dititipin, cari asisten rumah tangga (ART) nggak ketemu, dan belum tahu tentang daycare jadilah aku memutuskan di rumah saja dulu. Keterusan sampai sekarang,” kata Nana.

“Saya sangat ingin kembali bekerja, tetapi apa bisa? Saya ragu-ragu apakah ada perusahaan yang mau menerima seorang data analis yang sudah tiga tahun vakum,” ucapnya.

Nana bukan satu-satunya perempuan berprestasi di Indonesia yang harus menyerah di tengah perjalanan karirnya yang gemilang. Laporan Gender Gap Index Indonesia 2017 menunjukkan serapan tenaga kerja perempuan di Indonesia melampaui angka 52 persen. Meski demikian dari seluruh posisi senior, legislator, dan manajer, hanya 22 persen yang diduduki kaum perempuan.

Bisa jadi ini adalah salah satu alasan estimasi pendapatan perempuan Indonesia tidak lebih dari separuh pendapatan laki-laki. Sumber yang sama melaporkan estimasi pendapatan perempuan di Indonesia adalah US$ 7.632 sedangkan laki-laki US$ 15.536.

Dukungan Suami dan Lingkungan

Salah satu faktor yang membuat perempuan berhenti berkarir ketika memutuskan berkeluarga adalah kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar. “Masalahnya sekarang kita (perempuan) susah cari asisten rumah tangga (ART). Bukan tidak bisa bayar, tapi memang tidak ada (yang bisa dipercaya),” tuturnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...