Pengusaha Tiongkok dan Perancis Tertarik Bangun Pabrik Baterai Lithium
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan investor asing tertarik menanamkan modalnya untuk memproduksi baterai lithium. Rencananya, investor asing yang berasal dari Tiongkok dan Perancis akan membangun pabrik di Halmahera Utara, Maluku Utara.
Luhut mengatakan, investor tersebut akan menanamkan modalnya sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 72 triliun untuk tahap pertama. Kemudian, mereka akan kembali menanamkan modalnya sebesar US$ 5 miliar di tahap kedua.
"Nanti sore saya akan ketemu dengan investor yang akan groundbreaking di Halmahera Utara, dia akan membuat nikel, stainless steel, carbon steel, dan saya minta kalau kau mau serius bikin lithium batterai, dan dia mau lithium batterai," kata Luhut di Gedung BPPT, Jakarta, Selasa (31/7).
(Baca juga: Pemerintah Imingi Pembebasan Pajak Bagi Produsen Baterai Mobil Listrik)
Masuknya investor tersebut, menurut Luhut, akan membantu pengembangan mobil listrik di Indonesia. Saat ini, pengembangan mobil listrik masih terkendala karena Indonesia belum mampu memproduksi baterai sendiri.
Sementara impor baterai mobil listrik terutama yang berbahan lithium diperkirakan memakan biaya besar. Padahal, baterai merupakan salah satu komponen utama bagi mobil listrik.
"Baterai mobil listrik ini juga kita lihat 40% dari total kendaraan mobil listrik," kata Luhut.
Agar pengembangannya semakin baik, Luhut pun mendorong industri mobil listrik masuk ke Kawasan Ekonomi Industri Terpadu Bekasi Karawang Purwakarta (Bekapur). Luhut menilai, industri mobil listrik akan berkembang lantaran aksesibilitasnya akan lebih mudah jika berada di kawasan itu.
Sebab, kawasan tersebut cukup dekat dengan Pelabuhan Patimban dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati. "Saya bilang pabrik mobilmu buatlah tadi di kawasan industri terpadu yang di Karawang Bekasi Purwakarta," kata Luhut.
(Baca juga: Gaikindo: Indonesia Perlu Kembangkan Baterai untuk Mobil Listrik)
Lebih lanjut, Luhut menilai pengembangan mobil listrik penting di Indonesia. Sebab, mobil listrik memiliki biaya operasi yang lebih murah dan efisien jika dibandingkan mobil berbahan bakar minyak.
Selain itu, mobil listrik juga penting untuk menekan emisi. Luhut menjelaskan, pertumbuhan kendaraan saat ini meningkat rata-rata 11,5% per tahun dalam 10 tahun terakhir.
Dengan peningkatan tersebut, dia menilai konsumsi BBM pun juga akan membesar. "Jadi penggunaan bahan bakar kalau tidak ada mobil listrik, itu akan meningkat dan akan menambah polusi," kata dia.