Berdasarkan perkiraan, Blok Mahakam masih menyisakan cadangangan 57 juta barel minyak (Million Barel Oil/MMBO), 45 juta barel kondensat, dan 4,9 triliun standar kaki kubik (Triliun Standard Cubic Feet/TSCF).
Pemerintah selalu berusaha memompa produksi minyak dan gas bumi (migas) siap jual atau lifting. Namun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi lifting selama tujuh bulan terakhir belum cukup memuaskan lantaran lebih rendah dari target yang sudah dipasang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan hingga 31 Juli 2018, lifting migas sebesar 1.917 juta barel setara minyak per hari (boepd). Adapun target dalam APBN 2018 sebesar 2.000 juta boepd. (Baca juga: Genjot Produksi, Saka Mengebor Sumur di Blok Pangkah dan South Sesulu).
Jika dirinci, capaian lifting minyak baru mencapai 770 ribu barel per hari (bph) atau 96 % persen dari target APBN sebesar 800 ribu bph. Begitu juga lifting gas yang capaiannya sampai akhir Juli lalu baru 1.147 juta boepd, lebih rendah dari yang semula dipatok 1.200 juta boepd.
Menurut Wisnu, penyebab belum tercapainya target lifting migas akibat ada kendala pada fasilitas produksi. Misalnya, hal itu terjadi di Blok Rokan dan Blok Offshore North Wes Java (ONWJ).
Tidak hanya di dua blok itu, ada beberapa kendala lain yang juga berdampak terhadap capaian lifting migas tersebut. Beberapa pemboran pengembangan di Pertamina EP, Husky CNOOC Madura Limited, dan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) tertunda sehingga butuh waktu tambahan untuk mengebor. Diharapkan, pengeboran bisa dilakukan pada semster kedua.