Grab Siapkan Rp 3 Triliun untuk Investasi ke Startup
Perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis online Grab menyiapkan investasi senilai Rp 3 triliun atau US$ 250 juta untuk program Grab Ventures Velocity. Melalui program tersebut, Grab akan memberikan pembiayaan kepada tiga hingga lima startup Indonesia sampai 2020.
Startup yang dibiayai harus berkaitan dengan ekosistem Grab. "Kami cari yang paling menjanjikan (bisnisnya)," ujar Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata usai konferensi pers di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (29/8).
Selama 16 pekan, Grab bakal menyeleksi startup yang bakal dibiayai. Pembukaan pendaftaran dimulai pada 10 September, melalui Venture Grab. Startup yang dicari di antaranya di bidang mobilitas, makanan, logistik, financial technology (fintech), dan online to offline (O2O). "Sudah ada 200 lebih yang berminat," ujarnya.
Untuk menyelenggarakan program ini, Grab menggandeng Amazon Web Services (AWS), yang akan memberi manfaat lewat paket AWS Activate Portfolio Plus dan technical mentoring terkait keamanan platform, pengembangan bisnis, dan best practices. Lalu, MDI Ventures turut dilibatkan untuk memberikan keahlian lokal.
(Baca juga: Sistem Pembayaran QR Code OVO Jangkau 9 Ribu UKM)
Selain itu, Grab menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sebab, kedua instansi ini memiliki program serupa yakni Go Digital 2020 dan Go Startup Indonesia. "Pendekatan kami sangat lokal, karena itu kunci kami bisa jadi pilihan masyarakat Indonesia," kata dia.
Grab Ventures merupakan modal ventura milik Grab yang didirikan sejak Juni 2018 lalu. Grab Ventures akan berfokus untuk mengembangkan startup teknologi.
Secara umum, Grab Ventures Velocity merupakan tahap ketiga dari Master plan 2020 Grab 4 Indonesia yang diluncurkan pada Februari 2017. Untuk penyelenggaraan tahap pertama dan kedua, Grab berinvestasi senilai US$ 700 juta atau Rp 10 triliun. Maka secara keseluruhan, Grab menggelontorkan Rp 13 triliun untuk mendorong masyarakat Indonesia beralih ke bisnis digital.
Pada tahap pertama, Grab membangun pusat riset dan pengembangan (riset and development/R&D) di Jakarta, yang mempekerjakan lebih dari 150 engineer lokal. Lalu, Grab mengakuisisi PT Kudo Teknologi Indonesia (Kudo) pada 2017, dan meningkatkan jumlah agen dari 400 ribu menjadi 1,4 juta.
(Baca juga: Masih Ada Subsidi, Tarif Penumpang dan Pengemudi Ojek Online Berbeda)
Di tahap kedua, Grab fokus meningkatkan pendapatan mitra. Hasilnya, layanan GrabFood tersedia di 30 kota di Indonesia. Grab mencatat, total transaksi (gross merchandise value/GMV) GrabFood tumbuh empat kali lipat sepanjang Semester I-2018 secara tahunan (year on year/yoy). Lalu, GMV Grab Express naik tiga kali lipat pada paruh pertama tahun ini.
Sementara, Deputi Akses Permodalan Bekraf Fajar Hutomo menyampaikan, pembiayaan masih menjadi hambatan startup untuk berkembang. Ia mencatat, 72% dari total pembiayaan yang diberikan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia diberikan karena jaminan berupa tanah atau bangunan. Untuk itu, ia mengapresiasi langkah Grab ini.