Ganti Kepengurusan, Asosiasi E-Commerce Perluas Cakupan Bisnis Digital
Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) baru saja mengganti kepengurusan. Di bawah kepemimpinan Iganitus Untung, idEA tidak lagi hanya melingkupi e-commerce, tetapi juga bisnis digital lainnya.
Bisnis tersebut di antaranya adalah yang berbasis ekonomi berbagi (sharing economy) dan layanan on demand seperti Go-Jek, Grab, AirBnB; teknologi kesehatan seperti Halodoc dan Alodokter; agrikultur seperti sayurbox; internet of things (IoT) seperti Hara dan Qlue; game content; dan lainnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berbisnis secara online pun masuk cakupan idEA.
Perluasan cakupan ini karena Ketua Umum IdEA Ignatius Untung melihat disrupsi teknologi di berbagai lini usaha begitu cepat. "Terlambat sedikit saja, perusahaan ekonomi digital asing bisa sewaktu-waktu masuk dan menjajah Indonesia,” ujar dia dalam siaran pers, Kamis (6/9).
Menurutnya disrupsi teknologi perlu menjadi perhatian banyak pihak, karena potensinya sangat besar. Misalnya, Pokemon-Go merangkul 50 juta pengguna dalam kurun waktu 19 hari. Padahal industri yang sudah ada seperti penerbangan, otomotif, telekomunikasi, dan lainnya butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan konsumen sebanyak itu.
(Baca juga: Merugi tapi Valuasinya Naik, Fenomena Bisnis Digital Indonesia)
Potensi bisnis inilah yang perlu dimaksimalkan oleh pemerintah dan pebisnis di dalam negeri. Apalagi, pemerintah menargetkan Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. "Kekalahan di bidang ekonomi digital bisa berakibat pada kalahnya ekonomi secara keseluruhan," ujarnya.
Berkaca pada kondisi tersebut, menurutnya perlu ada asosiasi yang memfasilitasi ekonomi digital secara luas. "Kami akan aktif menjalin komunikasi dan kerja sama untuk merangkul industri terimbas ekonomi digital dan yang seharusnya bisa memanfaatkan peluang ini untuk bertransformasi," kata dia.