Terendah Sejak Januari, Cadangan Devisa Agustus US$ 117,9 Miliar
Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa per akhir Agustus lalu mencapai US$ 117,9 miliar atau turun US$ 400 juta dari bulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa per bulan lalu itu menyusut US$ 14,08 miliar atau 10,7% dari level tertingginya pada Januari tahun ini, yakni US$ 131,98 miliar.
Serupa dengan kondisi pada bulan sebelumnya, penurunan cadangan devisa (cadev) Agustus lalu akibat ketidakstabilan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang mulai terasa pad awal tahun. Selain itu, cadangan devisa digunakan untuk membayar utang luar negeri pemerintah. Alhasil, sejak Februari, cadev berturut-turut terus menyusut.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman menjelaskan, meskipun cadangan devisa turun, masih setara pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadev US$ 117,9 miliar juga tetap di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," mengutip siaran pers BI yang diterima Katadata.co.id, Jumat (7/9).
Terpangkasnya cadangan devisa yang hanya US$ 400 juta sebenarnya cukup menggembirakan. Sebab, beberapa ekonom sempat memprediksi cadev bulan lalu bakal jauh menyusut hingga US$ 3 miliar. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, misalnya, menilai langkah intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga kestabilan kurs rupiah menyedot banyak persediaan dolar.
(Baca: Cadangan Devisa Agustus Diramal Turun US$ 3 Miliar).
Ke depan, BI memperkirakan cadangan devisa tetap memadai didukung keyakinan terhadap stabilitas dan prospek perekonomian domestik yang baik. Selain itu, kinerja ekspor juga diyakini terus positif.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira sebelumnya mengatakan, depresiasi rupiah perlu terus diwaspadai. Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga acuan lagi sebanyak tiga kali pada 2019. Krisis ekonomi di sejumlah negara yang berimbas kepada negara berkembang seperti Indonesia juga harus dicermati.
Bhima menyarankan agar amunisi BI sebaiknya tidak diobral sekarang. “Sinyal krisis global di depan mata,” ujar dia. Bank sentral, imbuhnya, harus berkolaborasi dengan pemerintah guna mengefektifkan berbagai kebijakan, baik moneter maupun fiskal.