Ulama Terbelah, Jokowi Ingatkan Pilpres Tanpa Isu SARA
Presiden Joko Widodo mempersilakan para ulama mendukung pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Hal ini dikatakan Jokowi menanggapi Ijtima Ulama II yang memastikan dukungannya kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden tersebut. Namun, dia mengingatkan dukungan tersebut harus dalam konteks adu politik yang sehat
Jokowi menginginkan pemilihan Presiden tidak menjadi ajang kontestasi yang dipenuhi nuansa Suku Agama Ras dan Antar golongan (SARA). Hal tersebut dikhawatirkan tidak mendewasakan masyarakat ke depannya. "Dukung dalam konteks sehat dan masyarakat bisa menguji ide dan gagasan program," kata dia di Jakarta, Senin malam (17/9).
Menurutnya, dalam negara demokrasi, dukungan yang terbelah merupakan hal wajar. Fakta yang terjadi saat ini pun tidak bisa ditutupi. Dirinya juga memastikan Ma'ruf Amin merupakan ulama besar yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).
(Baca: Ma'ruf Amin Berfokus Gaet Pemilih di 10 Lumbung Suara Muslim )
Ijtima Ulama kedua akhir pekan lalu memutuskan dukungan kepada pasangan Prabowo - Sandiaga. Bahkan Prabowo sempat menandatangani pakta integritas yang berisi 17 poin. Adapun agenda forum yang dihelat Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) ini merupakan lanjutan dari agenda yang sama sebelumnya pada Juli lalu.
Dalam edisi pertama, dua tokoh yakni Salim Segaf Al Jufri dan Abdul Somad direkomendasikan menjadi calon wakil presiden kepada Prabowo. Namun, akhirnya mantan Danjen Kopassus tersebut memilih kader Gerindra yang juga Wakil Gubernur DKI Jakarta yakni Sandiaga Uno.
Meski demikian, Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono sempat mengatakan dua nama cawapres yang direkomendasikan ijtima ulama akan menjadi pertimbangan bagi Gerindra. Hanya saja, hal tersebut tak berarti wajib dijalankan Gerindra.
(Baca: Efek Ma'ruf Amin Jadi Cawapres, Isu SARA akan Bergeser ke Ekonomi)