Warga Indonesia Bangun Bisnis Blockchain di Sillicon Valley
Teknologi blockchain telah menjadi primadona di era digital. Di Sillicon Valley yang menjadi kiblat pengembangan teknologi digital pun perusahaan-perusahaan pengembang blockchain bermunculan. Salah satunya adalah Splend yang didirikan oleh seorang Warga Negara Indonesia, Rick Bleszynski.
Rick menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Tebet dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Solo. Setelah itu, Rick tinggal di Silicon Valley pada 1978. Ia pun melanjutkan studi di San Jose State University dan University of Phoenix, jurusan mikroprosesor.
Setelah itu, ia bekerja di beberapa perusahaan teknologi besar seperti LSI Logic Corporation dan Velonex Corporation. "Lalu, saya berpikir, setelah Intel menjadi hal besar, apa lagi yang bisa dibuat?" kata dia di Jakarta, Kamis (20/9). Untuk itu, ia mendirikan Splend pada 2016.
Menurutnya, blockchain bakal menjadi teknologi yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan dan instansi. Untuk itu, ia fokus mengembangkan bisnis teknologi blockchain. "Tidak banyak yang membuat infrastruktur blockchain," ujarnya. "Padahal, teknologi ini aman. Sejak 2009, blockchain belum bisa dibobol."
(Baca juga: Pencurian Bitcoin dari Sistem Blockchain Diklaim Butuh Rp 70 Triliun)
Saat ini, ia tengah berdiskusi intensif dengan beberapa perusahaan di bidang media sosial dan kesehatan di AS terkait kerja sama pemanfaatan blockchain. Selain itu, Splend berdiskusi dengan beberapa perusahaan di Jepang dan Indonesia.
Yang sudah sepakat, Splend bekerja sama dengan beberapa perusahaan seperti Huawei di Tiongkok untuk mengembangkan infrastruktur identity network. "Itu proyek yang besar. Mereka akan pakai wallet dan blockchain kami," kata dia.
Dari hasil diskusi dengan beberapa instansi dan korporasi, ia melihat ada dua tantangan untuk mengimplementasikan blockchain di banyak negara. Pertama, membangun ekosistem supaya pemanfaatanya maksimal. Kemarin (20/9), Splend pun menandatangani kerja sama dengan perusahaan teknologi Indonesia, XecureIT untuk membangun ekosistem. "Ini supaya teknologi kami benar-benar aman," ujarnya.
Kedua, regulasi. Berdasarkan pengetahuannya, regulator di banyak negara masih mempelajari teknologi ini. Misalnya, Bank Indonesia (BI) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) kini tengah mengkaji teknologi blockchain. "Seminggu ini saya bertemu banyak korporasi dan regulator. Saya lihat mereka mau pakai blockchain," kata dia.
Bahkan, ia mencatat pemerintah dan swasta di Tiongkok sudah berinvestasi US$ 3 miliar di blockchain. "Secara umum, teknologi bisa dipakai di perusahaan apapun," kata Rick.
(Baca juga: Bursa Data HARA Kembangkan Blockchain di Sektor Pertanian)
Adapun platform teknologi Splend diberi nama Integrated Blockchain Architecture™ atau IBA™. IBA™ adalah sebuah pendekatan sistem terskala yang membagi fungsionalitas blockchain antara perangkat lunak dan perangkat keras untuk memecahkan masalah bottleneck yang kerap terjadi.
Ia juga mengklaim, IBA™ mengoptimalkan kinerja karena memproses transaksi blockchain secara cepat untuk jutaan pengguna dan piranti secara simultan. "Blockchain akan menjadi jaringan baru yang terpercaya, sehingga harus mampu memproses ratusan juta transaksi per detik," katanya.
Produk dan layanan yang dikembangkan pada ekosistem Splend adalah Universal CryptoWALLET™ (UCW™), crypto wallet dengan 12 lapisan keamanan. Selain itu, ada CryptoTRANSFER™ Blockchain Service yang memungkinkan transaksi kripto secara cepat.
Dalam waktu dekat, Splend juga akan merilis layanan finansial lainnya seperti CryptoLEND™ untuk pinjaman; CryptoMERCHANTPAY™ untuk pembayaran merchant; CryptoCARD™ untuk kartu debit dan Gift cards; CryptoAUTOPAY™ untuk pembayaran otomatis; dan, CryptoBILLPAY™ untuk pembayaran tagihan.