Keberadaan Perempuan dalam Industri Iklan

Tim Riset dan Publikasi
Oleh Tim Riset dan Publikasi - Tim Publikasi Katadata
26 September 2018, 17:51
Investing in Women
Katadata

Sebuah mobil melaju kencang melintasi jalan yang mendaki antara jurang dan tebing. Di ujung jalan di sebuah puncak, mobil tersebut berhenti. Seorang laki-laki kemudian keluar dari kursi pengemudi, disambut seorang perempuan entah dari mana datang menghampiri.

Itu adalah sebuah potongan iklan di televisi tentang sebuah mobil. Meski ingin menonjolkan performa kendaraan, pariwara itu tetap menampilkan sosok perempuan.

Advertisement

 Bukan hal baru bahwa perempuan dan tubuhnya kerap ditampilkan dalam sebuah iklan, termasuk potongan pariwara mobil. Hal itu diungkapkan oleh Dra. Sarah Santi, dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul . Selain menjadi objek pembawa pesan iklan, Sarah memaparkan, perempuan  memiliki peran lain dalam industri periklanan, yakni sebagai praktisi dan sebagai konsumen target dari iklan itu sendiri.

 Praktisi periklanan Woro Astuti mengungkapkan industri periklanan menempatkan perempuan setara dengan laki-laki.

 “Industri iklan sudah lebih maju, tidak sekonservatif industri lain. Di level top management juga banyak perempuannya,” lanjut Woro kepada Tim Riset Katadata.

 Menurut praktisi iklan Miranti Abidin, feminisme industri iklan tak lepas dari konsekuensi gerakan perempuan yang berkembang di banyak negara sekaligus yang berhasil menempatkan posisi perempuan di level atas.

 

Perempuan sebagai Obyek Iklan

Meskipun sebagai pelaku industri iklan perempuan sudah diperlakukan setara, tidak demikian halnya sebagai pembawa pesan atau obyek dalam iklan. Peran perempuan sebagai model, bintang iklan, atau endorser kerap memunculkan bias gender, sekaligus memperkuat stereotip khas patriarki.

Seksualitas perempuan pun dijadikan sebagai komoditas. Banyak produk yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan tubuh perempuan namun menampilkan sisi sensualitas perempuan dalam iklannya.

Iklan minuman ringan, misalnya, menampilkan seorang artis seksi dengan busana ketat dan potongan leher rendah. Woro mengakui produk pariwara semacam itu menyasar kalangan bawah, khususnya laki-laki, yang rupanya masih mengandalkan sensualitas perempuan sebagai strategi jualan.

 Namun dalam perkembangannya, iklan dengan eksploitasi tubuh perempuan semacam ini mulai dihindari para pemilik merek. “Klien-klien saya sekarang nggak mau iklannya terlalu menonjolkan badan perempuan,” tutur Woro.

 Meski demikian tak bisa dipungkiri bahwa standar perempuan dalam periklanan Tanah Air masih sama: berambut panjang, lurus, berkulit terang, dan bertubuh langsing. Menurut Woro, meski sejumlah iklan mulai tak lagi menonjolkan fisik perempuan,  masih banyak pariwara lainnya yang memakai perempuan dengan tampilan kulit puth dan tubuh langsing.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement