Manakah Indikator Terpenting Stabilitas Keuangan?

Tim Riset dan Publikasi
Oleh Tim Riset dan Publikasi - Tim Publikasi Katadata
8 Oktober 2018, 11:49
Penukaran uang dolar AS
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Penukaran uang dolar AS di sebuah gerai Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) di Malang, Jawa Timur, Kamis (23/2).

Disclaimer: Berbagai pandangan dan/atau hasil analisis dalam penelitian ini adalah murni pandangan dan/atau hasil analisis pribadi para peneliti, dan bukan merupakan pandangan dan/atau hasil analisis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Penelitian ini juga masih bersifat draft perdana working paper yang sangat dapat mengalami perubahan content setelah mendapat berbagai masukan dari para peneliti lain dan/atau reviewer jurnal.

Judul Penelitian: Manakah Indikator Terpenting Stabilitas Keuangan;  Aplikasi Metode Analytic Network Process

Peneliti dan Afiliasi:

Lina Nugraha Rani – Universitas Airlangga

Aam Slamet Rusydiana – Universitas Airlangga

Fatin Fadhilah Hasib – Universitas Airlangga

Melalui indepth interview yang ketiga peneliti UNAIR ini lakukan, mereka berusaha melihat dari perspektif para praktisi perbankan dan keuangan terkait leading indicator dalam stabilitas sistem keuangan baik secara mikroprudensial maupun makroprudensial.

Dengan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP), ketiga peneliti menunjukkan bahwa indikator mikroprudensial mendapatkan nilai yang relatif lebih tinggi dari para praktisi dibandingkan dengan makroprudensial. Meskipun, para praktisi tersebut menganggap bahwa keduanya penting dan prioritas.

1. Microprudential Indicators

Dari aspek mikroprudensial, tiga indikator utama stabilitas keuangan antara lain, profitability, capital dan asset, serta asset quality. Tiga indikator tersebut menempati peringkat tertinggi, diikuti sisi liquidity, indikator berbasis pasar, dan risk sensitivity.

Profitability

Tingkat profitabilitas sistem perbankan tercermin dari beberapa rasio. Terkait dengan stabilitas sistem keuangan di Indonesia, rasio yang mendapatkan pembobotan tertinggi adalah Return on Equity (ROE), diikuti Beban Operasional Biaya Operasional (BOPO), dan terakhir Return on Asset (ROA).

Naiknya tingkat profitabilitas menandakan bank mampu menghasilkan keuntungan dari modal maupun asetnya. Kenaikan profitabilitas pada bank mengindikasikan penilaian yang baik terhadap kesehatan bank tersebut.

Capital and Asset

Dari sisi aset dan modal, indikator yang mendapatkan pembobotan tertinggi adalah Rasio Modal Agregat, diikuti aset keuangan, dan jumlah kredit perbankan.

Sebagai intermediator, aspek capital & asset pada perbankan mencerminkan jumlah dana (baik yang termasuk sebagai modal maupun aset) yang tersedia untuk kemudian dikelola dan disalurkan oleh pihak bank.

Asset Quality

Rasio yang mendapatkan penilaian tertinggi dari sisi kualitas aset adalah Non-performing Loan (NPL), Debt Equity Ratio (DER), dan yang terakhir pinjaman dalam kurs asing.

Liquidity

Indikator yang mendapat pembobotan tertinggi dari aspek likuiditas adalah liquid liability, diikuti Loan to Deposit Ratio (LDR), jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), dan terakhir jumlah kredit bank sentral pada lembaga keuangan.

Industri perbankan di negara berkembang sebagai lembaga perantara keuangan (intermediaries) yang efisien, memiliki kecenderungan memaksimalkan kreditnya dengan meningkatkan kewajiban likuiditas (liquid liability) pada sistem perbankan.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...