Sri Mulyani dan Melinda Gates Bicara Disrupsi di Negara Berkembang

Pingit Aria
11 Oktober 2018, 13:50
Sri Mulyani dan Melinda Gates
Kementerian Keuangan
Sri Mulyani dan Melinda Gates dalam diskusi bertajuk Policies for Harnessing Technology for Growth di Ruang Nusantara, BICC, pada Kamis (11/10).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Melinda Gates, sepakat bahwa kemajuan teknologi harus dipandang sebagai peluang dan bukan ancaman. Keduanya menilai bahwa revolusi teknologi berikut disrupsi yang terjadi akibatnya, menawarkan berbagai peluang sekaligus tantangan.

Menurut Sri yang juga menjabat Co-chair dari Komisi Pathways dan The Bill and Melinda Gates Foundation, teknologi adalah cara baru untuk meningkatkan kesejahteraan bagi banyak orang, termasuk mereka yang tinggal di negara sedang berkembang.

“Sekarang tinggal bagaimana untuk memastikan agar teknologi bermanfaat untuk pertumbuhan yang inklusif” ujar Sri Mulyani dalam diskusi bertajuk Policies for Harnessing Technology for Growth di Ruang Nusantara, BICC, pada Kamis (11/10).

Pada forum ini, Sri Mulyani maupun Melinda Gates tampil menyampaikan pandangan mereka tentang manfaat teknologi untuk pertumbuhan, khususnya di negara-negara sedang berkembang.

Negara yang ekonominya sedang berkembang, lanjut Sri, harus mampu menghadapi dan beradaptasi dengan disrupsi teknologi. Di Indonesia misalnya, teknologi digital telah menghubungkan sektor ekonomi informal dengan sektor ekonomi formal.

(Baca juga: Bos IMF: Ekonomi Indonesia Dikelola Baik, Tak Perlu Diberi Utang)

Karena itu, Indonesia perlu segera memulai diskusi baru terkait upaya pemberdayaan para pengambil keputusan di negara-negara berkembang. Tujuannya, agar mereka lebih bisa mengkapitalisasi teknologi baru serta mengelola dengan lebih baik disrupsi yang terjadi.

“Kami tidak ingin mengorbankan manusia untuk teknologi. Negara ini masih dalam kategori pendapatan menengah dan kita punya unicorn yang cukup mapan, ini kesempatan untuk memanjat teknologi dan menciptakan kesempatan” katanya.

Mengatasi eksklusivitas dan ketidaksetaraan adalah kunci untuk menjadikan teknologi sebagai peluang untuk tumbuh inklusif. Dengan tiga miliar jiwa yang diprediksi akan tetap offline pada tahun 2023, pendekatan bisnis biasa tidak akan mampu menjangkau orang-orang yang termajinalkan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...