Mengangkat Kopi Para Petani Perempuan di Hajatan IMF-Bank Dunia

Hari Widowati
15 Oktober 2018, 09:37
Java Mountain Coffe
Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA
Salah satu gerai Java Mountain Coffee di gelaran Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia.

Kemeriahan dan hiruk-pikuk pelaksanaan Sidang Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali membuka sejumlah peluang bisnis. Salah satunya bagi Java Mountain Coffee yang membuka gerai kopi di Hotel The Laguna, Nusa Dua, Bali.

Gerai kopi mungil yang terletak di pinggir pantai ini sekilas terlihat tidak jauh berbeda dengan gerai-gerai kopi yang kerap ditemui di mal atau tempat-tempat lain. Seorang perempuan muda menyapa Katadata saat mendatangi gerai tersebut. Lalu, seorang barista dengan cekatan menyiapkan pesanan kami, dua ice cappucino dan satu ice black coffee.

Perempuan muda bernama Intan Westlake itu bercerita sedikit mengenai bisnisnya setelah mengantarkan pesanan kami. Java Mountain Coffee merupakan social enterprise yang memiliki misi untuk memberdayakan perempuan petani kopi melalui koperasi dan Women's Empowerment Innovation Fund.

Java Mountain Coffee berdiri pada 2017 di Ciwidey, Jawa Barat. "Kami ambil kopinya dari Jawa Barat karena di sana kopi terkenal dengan kopi Arabika," ujar Perwakilan Java Coffee Mountain Intan Westlake. Sebesar 10% dari penjualan Java masuk lagi ke koperasi untuk membeli peralatan yang dibutuhkan para petani perempuan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Java Mountain Coffe
Java Mountain Coffe (Ajeng Dinar Ulfiana|KATADATA)

Bisnis ini berangkat dari keinginan untuk mengangkat derajat perempuan petani kopi. Lebih dari 300 tahun yang lalu, rantai pasokan kopi di Indonesia dibentuk oleh kaum pria dan sampai hari ini rantai pasokan kopi global masih dikontrol oleh pria. Perempuan pekerja perkebunan menerima upah Rp 20.000 per hari. Sementara, keberlangsungan hidup mereka dibayangi gagal panen dan serangan hama yang terjadi akibat kondisi cuaca ekstrem.

Ada dua koperasi yang berada di bawah naungan Java Mountain Coffee, yakni Java Mountain Coffee Women Cooperative dan Bali Mountain Coffee Women Cooperative. Para perempuan petani kopi dan buruh tani musiman di Ciwidey Jabar, Gunung Batu Karu dan Pegunungan Munduk di Bali mengerjakan 60% dari pekerjaan manual dalam produksi kopi. Namun, pendapatan mereka hanya 10% dari total pendapatan rumah tangga. Lahan pertanian yang mereka miliki kurang dari 1% terhadap total luasan perkebunan kopi.

"Para pembuat kebijakan global memahami, secara historis perilaku manusia di dalam rantai pasokan komoditas global berkontribusi terhadap dilema yang kita hadapi saat ini, yakni kesenjangan sosial dan pemburukan kondisi lingkungan hidup," kata Intan. Dengan membuka gerai di tengah hajatan Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia, ia berharap para anggota delegasi tidak melupakan partisipasi perempuan. Khususnya, ketika mereka membuat kebijakan yang akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat kecil dan lingkungan hidup.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...