Prospek Kenaikan Bunga Acuan AS Menekan IHSG
Risalah pertemuan Federal Open Market Comittee (FOMC) yang menunjukkan mayoritas pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) mendukung kenaikan suku bunga acuan menjadi sentimen negatif di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan oleh aksi jual yang dilakukan para pelaku pasar sehingga ditutup melemah 0,39% menjadi 5.845,2 poin, Kamis (18/10).
"Hawkish statement pada FOMC Meeting Minutes menyebabkan pergerakan indeks secara global rata-rata mengalami pelemahan, termasuk IHSG," kata Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji kepada Katadata.co.id, Kamis (18/10).
Indeks sejumlah bursa Asia ditutup di zona merah. Indeks Komposit Bursa Shanghai melemah 2,89%, Indeks Nikkei 225 turun 0,8%, Indeks Hang Seng minus 0,03%, sedangkan Indeks Strait Times Singapura terkoreksi tipis 0,05%. Sehari sebelumnya di bursa AS, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,36%, S&P 500 Index turun 0,03%, sedangkan Indeks Nasdaq turun 0,04%.
Kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate secara gradual membuat pergerakan dolar AS relatif menguat dibandingkan dengan mata uang lainnya. Menurut kurs referensi Bank Indonesia (JISDOR), nilai tukar rupiah kembali melemah 0,05% dibanding perdagangan kemarin menjadi Rp 15.187 per dolar AS.
"Dengan demikian, pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga memberikan sentimen negatif bagi IHSG. Di sisi lain, sentimen positif dari dalam negeri masih minim," kata Nafan.
Meski IHSG terkoreksi, investor asing tercatat membukukan pembelian bersih (net buy) di pasar reguler senilai Rp 17,52 miliar. Adapun investor domestik melakukan aksi jual bersih senilai Rp 20 miliar.
Nilai transaksi saham hari ini mencapai Rp 5,38 triliun dengan volume 7,79 miliar saham. Sebanyak 187 saham mengalami kenaikan, 195 saham terkoreksi, dan 128 saham stagnan.
Secara sektoral, indeks ditutup bervariasi. Indeks sektor infrastruktur melemah hingga 2,52%. Sedangkan indeks sektor agribisnis malah menguat hingga 3,58%.
PT London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) menjadi saham yang menduduki posisi top gainer dengan kenaikan sebesar 9,96% menjadi Rp 1.270 per saham. Saham yang menjadi top loser adalah PT Mahaka Media Tbk (ABBA) dengan penurunan 7,76% menjadi Rp 107 per saham.
Harga saham emiten-emiten Grup Lippo juga masih tertekan karena kasus dugaan suap perizinan Meikarta. Harga saham PT Multipolar Tbk (MLPL) anjlok 6,82% menjadi Rp 82 sedangkan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) turun 4,86% menjadi Rp 274 per saham. Harga saham PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun 3,95% menjadi Rp 170. Begitu pula dengan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang minus 4,07% menjadi Rp 5.900 per saham. Harga saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) stagnan di Rp 1.330.
(Baca: Rumah James Riady Digeledah, Saham Grup Lippo Rontok)
Vice President Research PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi IHSG pada perdagangan Jumat (19/10) akan bergerak di kisaran 5.702-5.911 poin. "Peluang kenaikan IHSG terlihat cukup besar mengingat support level teruji sudah mampu dilalui," ujarnya.
Rilis data kinerja emiten pada kuartal III 2018 yang sebagian besar positif juga akan mendukung pergerakan IHSG hingga beberapa waktu mendatang. Namun, investor perlu mencermati fluktuasi nilai tukar rupiah dan harga komoditas di pasar global. Beberapa saham yang direkomendasikannya adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Wika Beton Tbk (WTON), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
(Baca: Saham Lippo Group Anjlok, Ini Sentimen yang Bisa Membalikkannya)