Resep Pendiri Warunk Upnormal untuk Memanjangkan Bisnisnya
PT Citrarasaprima Indonesia Berjaya memastikan kesuksesan bisnis kuliner yang dijalankannya bukan sekadar untung-untungan. Perseroan yang menaungi brand Warunk Upnormal ini menekankan, perencanaan merupakan faktor penting dalam mengembangkan usahanya.
Pendiri sekaligus Direktur Pemasaran CRP Group Rex Marindo menuturkan bahwa skala bisnis yang mulai dirintis bukanlah masalah. Hal yang mendasar justru visi jangka panjang atas usaha yang dijalankan.
"Bagaimana kita meletakkan visi dan sasaran untuk bisa berkembang ke depan kemudian dibikin perencanaan. Lalu detailkan rencana harian tersebut untuk dijalankan. Dan saya kalau memulai bisnis selalu optimis bisa jalan," tuturnya menjawab Katadata.co.id, Rabu (17/10).
(Baca juga: Alasan Kuliner Indonesia Kurang Populer di Luar Negeri)
Guna menyusun rencana bisnis komprehensif, seseorang perlu memahami karakter usaha yang akan dijalankannya. Selain itu, dalam merintis usaha juga perlu mengetahui konsep dasar terkait pemasaran dan pengelolaan keuangan.
Aspek krusial yang perlu dituangkan ke dalam proposal rencana bisnis adalah unsur pembeda dari produk atau jasa yang dimiliki kompetitor. Apabila ini tak dipikirkan matang kerap berujung restoran yang dibuka sekadar keren-kerenan dekorasi tempat.
"Dasarnya adalah untuk memastikan bisnis akan berjalan maka ilmu harus punya, seperti pemasaran dan keuangan. Kita sebagai pebisnis juga harus punya keunikan yang kuat untuk dijual, jangan cuma berujung siapa yang tempatnya lebih keren," tutur Rex.
(Baca juga: Investasi Mesin dan Margin Jadi Tantangan Warkop Garap Jasa Sangrai)
PT Citrarasaprima Indonesia Berjaya (CRP Group) mulai terjun ke bisnis kuliner pada 2013. Fokus pengembangan bisnisnya adalah menjual kekayaan dan keunikan cita rasa kuliner lokal. Sampai dengan saat ini terdapat beberapa merek dan produk kuliner yang dinaungi.
Nasi Goreng Rempah Mafia merupakan merek bisnis kuliner pertama yang digarap CRP Group. Beberapa brand yang kini dimiliki perseroan, yaitu Bakso Boedjangan, Sambal Khas Karmila, dan tentunya Warunk Upnormal.
Khusus Warunk Upnormal menu utama yang ditawarkan adalah variasi sajian mi instan serta kopi single origin dari berbagai penjuru nusantara. Warunk Upnormal pertama kali dibuka di Bandung pada 2014 menempati outlet 4 x 12 meter persegi.
"Waktu itu saya bilang bahwa ini warkop (warung kopi) bakal menyaingi (coffee shop) yang hijau-hijau," ujar Rex merujuk kepada coffee shop asing yang logonya bernuansa warna hijau. Terbukti, cabang Warunk Upnormal kini mencapai lebih dari 80 outlet.
(Baca juga: Kopi Giling Diminati, Pabrikan Kopi Skala Besar Tak Perlu Gusar)
Kekayaan Intelektual
Sementara itu, Badan Ekonomi Kreatif menekankan aspek lain yang tak boleh luput dari rencana bisnis startup di bidang ekonomi kreatif termasuk subsektor kuliner, yakni kekayaan intelektual. (Baca juga: Apa Kata Startup Ekonomi Kreatif tentang Bekraf?)
Deputi Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo menyampaikan, perusahaan rintis (startup) di industri kreatif bertumpu kepada inovasi. Aspek ini berkorelasi dengan kreativitas yang merupakan bentuk kekayaan intelektual.
Fadjar mengingatkan para pelaku startup kreatif agar tidak meremehkan paten kekayaan intelektual atas produk mereka. "Paten kekayaan intelektual (di industri kreatif) ini masih memprihatinkan. Hanya sekitar 11% dari pelaku startup ekonomi kreatif kita yang memilikinya," ucapnya.
Pada tahun lalu, Bekraf menargetkan 1.650 produk kreatif yang didaftarkan untuk memiliki hak kekayaan intelektual (Haki). Realisasi yang difasilitasi mencapai 1.801 atau setara 109,15% dari target.