Investor Cermati Dampak Tahun Politik ke Investasi Sektor Energi
Investor mulai mencermati dinamika politik di Indonesia menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung tahun depan. Ini karena konstelasi politik bisa berdampak pada iklim investasi.
Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia METI Surya Darma mengatakan tahun politik ini akan mempengaruhi investor dalam berinvestasi. “Pasti ada wait and see, orang akan melihat ini kemana arah calon presidennya itu,” kata dia di Jakarta, Selasa (24/10).
Untuk itu, menurut Surya Darma, calon presiden harus memiliki visi dan misi yang jelas. Ini berlaku baik petahana atau pun calon baru.
Seperti diketahui, saat ini ada dua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pertama yakni calon Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’aruf Amin. Kedua, Prabowo Subianto sebagai calon Presiden dan Sandiaga Salahuddin Uno menjadi Wakil Presiden.
Surya Darma pun menyorot kepedulian calon presiden dan wakil presiden terhadap energi baru terbarukan. Apalagi, saat ini, ada tren penggunaan kendaraan listrik.
Menurut Surya Darma, listrik untuk kendaraan itu bisa berasal dari manapun, termasuk energi kotor. Sehingga, harapannya sumber untuk kendaraan listrik berasal dari energi bersih. “Dunia sekarang mengarahnya adalah kendaraan listrik yang sumbernya ramah lingkungan,” ujar dia.
Group Chief Economist BP Global Spencer Dale mengatakan yang paling penting bagi Indonesia adalah menjaga kestabilan demokrasi. Itu adalah kunci utama yang dimiliki Indonesia untuk menarik investasi.
Apalagi, investasi di sektor minyak dan gas bumi (migas) sifatnya jangka panjang. “Mereka berpikir bukan tentang tahun depan atau dua tahun, tapi 20 atau 30 tahun mendatang,” ujar dia.
Sementara itu, selama semester I tahun 2018, realisasi investasi mencapai US$ 9,4 miliar. Perinciannya, sektor energi baru terbarukan US$ 0,75 miliar, mineral dan batu bara US$ 0,79 miliar, ketenagalistrikan US$ 2,83 milar; minyak dan gas bumi (migas) US$ 5,11 miliar.
(Baca: Investasi Sektor Energi Triwulan I-2018 Hanya 9% dari Target)
Jika ditarik ke belakang, investasi sektor energi terus alami penurunan. Tahun 2014, investasi sektor energi bisa mencapai US$ 33,5 miliar. Setahun berikutnya turun US$ 32,3 miliar. Lalu, tahun 2016 hanya US$ 29,7 miliar. Sedangkan tahun 2017 hanya US$ 27,5 miliar.