Metode Baru BPS Ungkap Neraca Beras Kuartal IV Berpotensi Defisit
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca beras pada kuartal IV 2018 (Oktober-Desember) akan mengalami defisit. Perhitungan itu dilakukan BPS berdasarkan metodologi baru penghitungan produksi padi Kerangka Sampel Area (KSA).
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan potensi produksi beras kuartal IV 2018 hanya akan mencapai 3,94 juta ton dengan perkiraan konsumsi sebanyak 7,45 juta ton. Sehingga, BPS menduga akan ada defisit neraca beras sebesar 3,51 juta ton pada tiga buan terakhir 2018. "Perlu diperhatikan kondisi perberasan pada Oktober, November, dan Desember," kata Suhariyanto di Jakarta, Rabu (24/10).
Secara rinci dia mencatat, luas panen pada Oktober sebesar 527 ribu ton dengan produksi beras 1,52 juta ton; luas panen pada November 410 ribu hektare dengan produksi 1,20 juta ton; serta luas panen Desember 431 ribu ton dengan produksi 1,22 juta ton.
(Baca: Pelaku Usaha Perberasan Sebut Data Produksi Kementan Overestimasi)
Sementara, proyeksi Kementerian Pertanian, produksi pada Oktober sebesar 2,3 juta ton dengan luas panen 870 ribu hektare; produksi pada November 2,06 juta ton dengan luas panen 760 ribu ton; serta produksi pada Desember 3,15 juta ton dengan luas panen 1,22 juta hektare.
Berdasarkan prediksi pihaknya, Suhariyanto menyarankan Bulog untuk mulai mengontrol pasokan beras dengan tepat untuk menjaga ketersediaan pangan hingga akhir tahun. "Ketika pemerintah perlu intervensi hanya tergantung stok Bulog," ujarnya.
Direktur Pengadaan Bulog Bachtiar mengaku akan melakukan penyerapan secara maksimal. Bulog menargetkan serapan tahun ini mencapai 2,72 juta ton setara beras.
Dari target tersebut, Bachtiar menyebut realisasi serapan Bulog sudah mencapai sekitar 1,5 juta ton. Sedangkan data Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, realisasi pengadaan setara beras sudah mencapai 1,46 juta ton per 20 Oktober 2018.
(Baca: Perbaharui Data Beras, BPS Gunakan Metode Penghitungan Komprehensif)
Dia menuturkan, penyerapan beras dalam negeri akan terus dilakukan. Meski dalam pelaksanaannya, dia mengaku terkendala kebijakan harga pembelian berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015. "Kalau harga lebih tinggi dari itu, Bulog tidak bisa menyerap," kata Bachtiar.
Menurutnya, pasokan beras Bulog yang berasal dari impor sudah sekitar 1,5 juta ton. Berdasarkan kontrak, Bulog akan memasukkan 1,8 juta ton yang berdasarkan penugasan dari pemerintah.