Perpaduan Bahan, Strategi Suqma Pertahankan Harga Kompetitif
Jenama Suqma melakukan subsidi silang bahan alias kain supaya harga jual produknya tetap kompetitif. Merek fesyen muslim ini membanderol rerata busana atasan antara Rp 300.000 - Rp 400.000.
Direktur Kreatif Suqma Jenahara Nasution mengatakan, subsidi silang bahan yang dimaksud ialah memadukan kain yang berasal dari industri tekstil dalam negeri dengan produk impor. Mayoritas bahan yang digunakan tetap berasal dari pabrikan tekstil lokal.
"Harga pokok penjualan masing-masing material berbeda-beda. Jadi, tidak semua material lokal. Kami padukan dengan bahan baku yang dari luar negeri," tuturnya kepada Katadata.co.id, Jumat (26/10).
(Baca juga: Peta Jalan IKM Fesyen Muslim Soroti Ketersediaan Bahan Baku)
Saat ini, Suqma bekerja sama dengan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex untuk memasok kebutuhan bahan busana. Jenahara menyatakan, sekitar 70% kebutuhan kainnya berasal dari pabrikan tekstil ini.
Suqma bukan pemain tunggal di segmen fesyen muslim. Jenahara mengaku, guna menghadapi persaingan di pasar domestik maka pihaknya terus mengoptimalkan desain yang sesuai dengan konsumen yang dibidik.
Produk modest fashion tak selalu bisa mengikuti tren fesyen global. Contohnya, saat desainer fesyen nonmodest mengusung konsep busana musim panas atau musim gugur, perancang modest fashion tidak bisa begitu saja mengadopsi konsep ini.
"Triknya, untuk modest fashion ini si perancang harus mengerti kenginan pemakai. Si pembuat busana juga (memakai) sendiri," ujar Jenahara. (Baca juga: JFW 2018, Label Fesyen Muslim Flamoush Terinspirasi Gaya Harajuku)
Jenama Suqma hadir di Indonesia pada 2017 dengan fokus utama menghadirkan rancangan busana modest. Produk ready to wear yang mereka pasarkan mengusung konsep sederhana, modern, dan memiliki sentuhan detil.
(Baca juga: Produktivitas Meningkat, Harga Produk Fesyen Muslim Kompetitif)