Indonesia Terancam Rugi Rp 519 Triliun jika Terus Membangun PLTU

Image title
5 November 2018, 18:20
Listrik
Katadata | Arief Kamaludin
ilustrasi.

Indonesia terancam mengalami kerugian triliunan rupiah jika terus membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Kerugian ini diperoleh karena ada aset yang terpinggirkan atau tak terpakai karena peralihan ke sumber energi yang lebih murah.

Lembaga kajian ekonomi dan finansial di sektor energi yang berasal dari London, yakni Carbon Tracker, menyatakan tahun 2028, biaya operasional dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hanya US$ 40 per Megawatt hour (MWh). Ini lebih murah dari PLTU berbahan bakar PLTU yang bisa US$ 43 per MWh.

Jadi, jika nantinya, PLTS lebih murah dan ekonomis, aset PLTU batu bara akan ada dan akan dibangun bisa terpakai. Apalagi, Indonesia juga terikat dengan kesepakatan Paris untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Adapun, dalam sepuluh tahun mendatang, akan ada tambahan batu bara sebanyak 30.000 Megawatt (MW). Ini mengacu rencana proyek 35.000 megawatt dan tertuang dalam Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik 2018 hingga 2027.

Sebanyak 10% dari rencana penambahan kapasitas tersebut sudah terpasang dan operasional. Kemudian, lebih dari 40 persen disebutkan oleh Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) masih berada dalam tahap konstruksi.

Atas dasar itu ada ancaman kerugian yang dialami perusahaan-perusahaan di Indonesia jika terus membangun PLTU.  “Di Indonesia sendiri, kajian kami menunjukkan bahwa ada kemungkinan terjadi penurunan nilai aset dan kerugian aset PLTU batu bara yang dapat mencapai US$ 34,7 miliar,” Kepala Kajian Ketenagalistrikan dan Pembangkitan Listrik Carbon Tracker Matt Gray, di Jakarta, Senin (5/11).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...