Banjir Dana Asing ke SUN, Nyaris Rp 20 Triliun Kurang dari Sebulan

Rizky Alika
7 November 2018, 18:35
Dolar Amerika Serikat
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA

Dana asing kembali mengalir masuk ke surat utang negara (SUN) sejak 19 Oktober lalu. Aliran masuk nyaris Rp 20 triliun hingga 5 November. Arus masuk disebut-sebut imbas beragam faktor yaitu kian menariknya SUN seiring harga yang murah dan tawaran imbal hasil (yield) tinggi, kuatnya kondisi ekonomi domestik, hingga meredanya intensi perang dagang.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan harga SUN sudah relatif murah bila dibandingkan dengan harga obligasi negara lainnya dengan kondisi fundamental yang sama."Kita valuasinya relatif lebih baik, apalagi kondisi eksternal dan domestik sudah mendukung," kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (7/11).

Mengacu pada data Asian Bonds Onlineyield SUN tenor 10 tahun mencapai level tertingginya sepanjang tahun ini yaitu sebesar 8,87% pada 16 Oktober lalu. Aksi jual di pasar SUN menyebabkan harganya jatuh sehingga yield naik tinggi. Saat ini, yield telah kembali bergerak turun seiring aksi beli oleh investor asing. Pada Rabu ini, yield berada di posisi 8,18%.

Bila dibandingkan dengan posisi awal tahun, yield tersebut naik 186 basis poin. Kenaikan tersebut merupakan kedua tertinggi di antara negara Asia Tenggara, di bawah obligasi Filipina dengan tenor serupa yang naik 197 basis poin ke level 7,67%. Maka itu, David menyebut, obligasi pemerintah laku keras.

(Baca juga: Kuartal IV 2018, Arus Modal Asing Kembali ke Pasar Negara Berkembang)

Ia menjelaskan, kondisi domestik Indonesia yang lebih baik dari negara lain yang setara juga jadi faktor yang melatarbelakangi serbuan dana asing ke pasar SUN. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III sedikit di atas ekspektasi. Selain itu, pemberlakuan pasar valas berjangka Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) turut membantu menstabilkan kurs rupiah.

Beberapa faktor global juga disebut David turut mendorong arus masuk dana asing ke pasar keuangan Indonesia dan negara berkembang lainnya. Pemilihan umum paruh waktu (mid-term election) di AS memengaruhi keputusan investor dalam menanamkan dananya. "Ada harapan (Partai) Demokrat menang sehingga kebijakan proteksionis AS bisa lebih dikendalikan kalau demokrat majority di kongres," ujarnya.

Namun, keberlangsungan arus masuk dana asing masih akan bergantung pada perkembangan fundamental domestik maupun global. Isu domestik berupa defisit transaksi berjalan jadi salah satu yang dicermati investor. Bila defisit transaksi berjalan dapat turun menjadi 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun depan, hal tersebut dinilai David bisa jadi sentimen positif. Sebab, hal itu menunjukkan berkurangnya ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan valas dalam perdagangan internasional. 

Dari sisi global, investor masih akan mengamati perkembangan perang dagang maupun kebijakan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed), terkait bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR), pada Desember mendatang. "Investor lihat risiko dan peluang. Kalau ada peningkatan risiko, investor bisa saja keluar, sifatnya hot money," kata dia.

David memperkirakan investor akan melakukan aksi beli di pasar SUN dan saham dalam jangka pendek. Adapun mengacu pada data RTI, investor asing membukukan pembelian bersih Rp 5,81 triliun di pasar saham dalam sebulan belakangan.

(Baca juga: Lima Sebab Menguatnya Kurs Rupiah dalam Waktu Cepat)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...