Tiga Tantangan Industri Nasional Berkompetisi di Era Digital

Desy Setyowati
7 November 2018, 14:23
industri tekstil
ANTARA FOTO/Maulana Surya
Peserta beasiswa industri tekstil mengikuti praktek pelatihan di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/3/2018).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyampaikan, Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0 sejak 2011. Selama itu, ada tiga tantangan bagi industri nasional supaya berdaya saing di era digital.

Pertama, meningkatkan efisiensi. Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Peningkatan dan Penggunaan Produk Dalam Negeri Imam Haryono menyampaikan, produktivitas tenaga kerja Indonesia lebih rendah dibanding Tiongkok dan India. Namun, upah tenaga kerjanya termasuk yang tertinggi di regional.

Dengan indeks efisiensi pasar tenaga kerja Indonesia di level 108 dari 137 negara, biaya operasional menjadi tinggi, dan itu bisa dibebankan kepada konsumen. "Upah tenaga kerja dan biaya logistik menjadi lebih mahal. Jadi tidak bisa berkompetisi," ujarnya dalam acara Indonesia Industrial Relations Conference 2018 di Grand Mercure, Jakarta, Rabu (7/11).

Selain itu, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia harus ditingkatkan supaya lebih sesuai dengan perkembangan teknologi. Cara pemerintah adalah mengembangkan pendidikan vokasional. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga menyiapkan Rp 38 miliar untuk sekolah gratis hingga beasiswa bagi 20 ribu programmer.

(Baca juga: Asosiasi Telekomunikasi Minta Pusat Data Tetap di Indonesia)

Kedua, kalangan industri harus memaksimalkan data supaya pemasaran efektif menjangkau konsumen. Produk yang dibuat juga diharapkan lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Caranya, dengan mengadopsi teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan lain sebagainya.

Hanya, infrastrukturnya harus disiapkan terlebih dulu. Misalnya, infrastruktur yang memungkinkan 5G belum bisa diakses secara merata di seluruh nusantara. Apalagi, kecepatan rata-rata fiber optic juga masih kurang dari 10 mega bite per second (Mbps). "Kalau mau berdaya saing di era ini, produktivitas industri nasional minimal harus seperti India," katanya.

Ketiga, meningkatkan fleksibilitas. "Pemerintah tidak lagi hanya menjadi regulator, tetapi juga fasilitator," kata dia  Hal ini bertujuan agar industri nasional lebih mudah beralih ke digital atau mengadopsi teknologi.

Adapun konferensi ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua Umum DPN Apindo Shinta W Kamdani, Direktur PHI dan Jamsos Kemenaker Siti Jubaidi, serta jajaran pimpinan Apindo Training Center seperti FX Sri Martono, Iftida Yasar, M Aditya Warman, dan Chris S Suhendra.

Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...