Biayai Akuisisi Freeport, Inalum Jual Obligasi Global Berbunga Tinggi
Obligasi global PT Inalum (Persero) senilai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 58,4 triliun yang dicatatkan di Amerika Serikat (AS) menawarkan bunga tinggi 5,5% hingga 7,375%. Minat investor untuk membeli obligasi global tersebut membeludak sehingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) empat sampai tujuh kali lipat dari nilai penawaran.
Menurut Bloomberg, Inalum menjual obligasi global tersebut dalam empat seri. Seri pertama dengan nilai pokok US$ 1 miliar memiliki tenor tiga tahun atau jatuh tempo pada 2021 dengan bunga 5,5%. Seri kedua dengan nilai pokok US$ 1,25 miliar bertenor lima tahun atau jatuh tempo 2023 dengan bunga 6%. Seri ketiga dengan nilai pokok US$ 1 miliar memiliki tenor 10 tahun atau jatuh tempo 2028 menawarkan bunga 6,875%. Seri keempat dengan nilai pokok US$ 750 juta bertenor 30 tahun atau jatuh tempo 2048 dengan bunga 7,375%.
Sumber Katadata.co.id di pemerintahan menyebutkan, obligasi global Inalum yang bertenor tiga tahun oversubscribed hingga US$ 4,1 miliar atau empat kali lipat. Obligasi global bertenor lima tahun juga kelebihan permintaan 4,4 kali atau US$ 5,5 miliar. Obligasi global tenor 10 tahun menarik minat paling besar, dengan kelebihan permintaan hingga tujuh kali lipat atau US$ 7,1 miliar. Adapun obligasi global bertenor 30 tahun kelebihan permintaan sebanyak 4,9 kali lipat atau US$ 3,7 miliar.
Dana hasil penerbitan obligasi global tersebut akan digunakan untuk membiayai akuisisi saham mayoritas PT Freeport Indonesia. Dana hasil penerbitan obligasi valas ini juga bisa digunakan untuk refinancing pinjaman yang didapatkan perseroan untuk membiayai akuisisi tersebut. Hingga berita ini diturunkan, Head of Corporate Communications & Government Relations Inalum Rendi Witular belum bersedia berkomentar mengenai kabar tersebut.
(Baca: Terbesar di Asia, Inalum Jual Obligasi Global Senilai Rp 58,4 Triliun)
Analis Obligasi PT BNI Sekuritas Ariawan mengatakan, obligasi global Inalum mencatat kelebihan permintaan dalam jumlah besar karena menawarkan imbal hasil yang menarik. "Kupon yang ditawarkan obligasi global Inalum justru atraktif bagi investor karena memberikan premium sebesar 150-200 basis poin di atas obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS," kata Ariawan kepada Katadata.co.id.
Ia mengatakan, kupon obligasi global Inalum bukan lebih mahal dibandingkan obligasi global sejenis yang diterbitkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pasalnya, pada waktu penerbitan dilakukan, yield obligasi pemerintah yang menjadi acuan sedang tinggi. Oleh karena itu, Ariawan menilai penerbitan obligasi global Inalum ini bisa dikatakan berhasil karena menarik banyak investor asing untuk masuk ke instrumen tersebut.
Associate Director Research & Investment Division PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus mengatakan, saat ini imbal hasil obligasi global pemerintah dalam dolar AS memang tengah berada di posisi tertinggi, yakni 5,5% untuk obligasi pemerintah tenor 10 tahun dalam dolar AS. "Tentu Inalum harus mengeluarkan kupon yang tinggi agar menarik minat investor," ujarnya kepada Katadata.co.id.
Pada akhir Oktober lalu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menerbitkan obligasi global senilai total US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 22,5 triliun. PLN menerbitkan global bond tersebut dalam tiga seri. Seri pertama memiliki nilai pokok US$ 500 juta dengan tenor 10 tahun 3 bulan dan tingkat bunga 5,375%. Seri kedua dengan nilai pokok US$ 500 juta dan tenor 30 tahun 3 bulan memberikan kupon 6,25%. Adapun seri ketiga dengan nilai pokok 500 juta euro memiliki tenor 7 tahun dan bunga 2,875%.
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) juga menerbitkan obligasi global senilai US$ 750 juta atau sekitar Rp 11 triliun. Obligasi tersebut hanya diterbitkan dalam satu tenor, yakni 30 tahun dengan kupon 6,5%. Obligasi global Pertamina juga kelebihan permintaan sebanyak 1,2 kali.
(Baca: Pemerintah dan 3 BUMN Kakap Tawarkan Obligasi Global Rp 165 Triliun)