Panen garam rakyat melimpah berkat musim panas yang panjang tahun ini. Produksi garam rakyat ini tak terserap industri dalam negeri. Dampak dari kebijakan pemerintah di awal tahun yang meloloskan kuota impor 3,7 juta ton tanpa memasukan asumsi produksi garam rakyat.

Mohamad Yanto (50) salah seorang pengusaha yang merasakan getirnya panen garam. Sejak bulan lalu, hasil panennya menumpuk memenuhi gudang miliknya seluas 300 meter persegi.  

Advertisement

Panen garam terus bergulir dari lahan miliknya seluas 35 hektar di Kelurahan Polagan, Sampang, Madura. Produksi garam yang tak bisa disimpan di gudang, dia biarkan menggunung di samping lahan.

“Saya mulai khawatir, garam terus menumpuk sementara sebentar lagi akan memasuki musim hujan,” kata Yanto, dihubungi Katadata.co.id, Rabu (7/11).

(Baca juga: Produksi Garam Nasional Lampaui Target)

Yanto memanen sekitar 3.850 ton garam dengan perhitungan tiap hektar lahan menghasilkan sekitar 110 ton. Sejak memulai panen sekitar Juli, dia hanya berhasil menjual seperempat produksinya ke perusahaan pengolahan garam di Jawa Timur.

Sisanya tak dapat dia jual karena mendapat penolakan dari beberapa perusahaan pengolahan garam. “Mereka bilang sudah tutup, tak lagi bisa menerima pasokan garam,” kata Yanto.

Selain sulit menjual ke industri, harga garamnya anjlok sekitar Rp 1.100 per kilogram. Padahal tahun lalu, kata Yanto, harga jual garam sekitar Rp 2.300 per kilogram.

Ketua Forum Petani Garam Madura itu menyatakan, produksi garamnya padahal termasuk kualitas nomor satu karena menggunakan teknologi geomembrane.

(Baca juga: Karut Marut Lonjakan Impor Garam di Tahun Politik)

Nasib petani rakyat yang menggunakan teknologi tradisional lebih mengenaskan. Kualitasnya yang kurang bagus membuat perusahaan pengolahan garam enggan menerima pasokan dari mereka. Harganya pun jatuh menjadi sekitar Rp 800 per kilogram. “Bila terus begini, kami akan demo besar-besaran,” kata Yanto.

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin menyatakan data produksi garam rakyat yang terhimpun dari beragam daerah sebanyak 2,2 juta ton. Data itu mulai dikumpulkan sejak Juni hingga Oktober. "Perkiraannya panen November sekitar  200 ribu-300 ribu ton,” kata Jakfar.

Jumlah ini berbeda dengan data yang dikumpulkan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Menurut Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti, jumlah produksi garam lokal per 29 Oktober 2018 sebesar 1,93 juta ton.

Petani garam
Petani memanen garam di area pertanian Desa Kedungmalang, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (20/7). (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Rincian data garam versi KKP terdiri dari garam rakyat sebanyak 1,62 juta ton dan dari PT Garam sebanyak 315 ribu ton. KKP terus memperbaharui data jumlah produksi garam karena panen diperkirakan baru selesai pada akhir November.

Jumlah produksi garam ini di luar proyeksi KKP yang memperkirakan 1,5 juta ton. “Kalau bagus namanya stretches,” kata Brahmantya kepada Katadata.co.id, Rabu (8/11). Mengenai penyerapan garam produksi lokal, Brahmantya menyerahkannya kepada Kementerian Perindustrian.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu, Michael Reily
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement