Investor Sambut Kenaikan Bunga Acuan BI, Kurs Rupiah Terkuat di Asia
Nilai tukar rupiah langsung menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate, Kamis (14/11) siang. Saat berita ini ditulis, kurs rupiah terpantau memimpin penguatan mata uang Asia.
Nilai tukar rupiah menguat 0,92% ke level Rp 14.653 per dolar AS, mengalahkan penguatan peso Filipina yang sebesar 0,84%, rupee India 0,55%, won Korea Selatan 0,45%, dolar Taiwan 0,24%, dolar Singapura 0,29%, ringgit Malaysia 0,21%, yuan Tiongkok 0,2%, yen Jepang 0,14%, dan dolar Hong Kong 0,01%.
Penguatan besar kurs rupiah sejalan dengan pergerakan positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saat berita ini ditulis, indeks tercatat berada di level 5.955, naik 1,67% dibandingkan hari sebelumnya. Indeks melesat di tengah pergerakan mixed indeks di kawasan Asia. Nikkei 225 di Jepang tercatat turun 0,2%, sementara Hang Seng di Hong Kong dan CSI 300 di Tiongkok naik 1,75% dan 1,17%.
(Baca juga: Ada Ancaman Global, Rupiah Berisiko Dekati 16.000 per Dolar AS di 2019)
BI menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Kenaikan bunga acuan kali ini di luar prediksi beberapa ekonom dan pelaku pasar. Sebelumnya, banyak yang memproyeksikan kenaikan bunga acuan baru akan dilakukan pada Desember mendatang, bila bank sentral AS mengerek bunga acuannya, Fed Fund Rate, sesuai prediksi.
Dalam Konferensi pers, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan tersebut merupakan bagian dari upaya menurunkan defisit transaksi berjalan – perdagangan (ekspor-impor) barang dan jasa. Defisit transaksi berjalan tercatat melebar sejak kuartal II lalu melebihi batas aman 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
