Dorong Startup Masuk Bursa, BEI Siapkan Papan Akselerasi
Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah menyiapkan peluncuran papan akselerasi khusus untuk perusahaan-perusahaan rintisan (startup) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ingin go public. BEI juga akan mempermudah persyaratan pencatatan saham bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
"Kami sedang menggarap (papan) untuk UKM, di mana persyaratannya jauh lebih ringan dari papan utama," kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam Media Gathering di Surakarta. Saat ini BEI memiliki dua jenis papan untuk perusahaan yang ingin melakukan penawaran saham perdana, yakni papan utama dan papan pengembangan.
Papan utama mensyaratkan perusahaan tercatat minimal harus beroperasi pada bisnis utamanya selama 36 bulan dan sudah membukukan laba usaha selama satu tahun buku terakhir. Laporan keuangan perusahaan tersebut harus diaudit minimal 3 tahun terakhir dengan minimal 2 tahun di antaranya mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Adapun jumlah saham yang ditawarkan kepada publik minimal 300 juta saham.
Di papan pengembangan, BEI mensyaratkan perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya sudah beroperasi pada bisnis utamanya selama 12 bulan. Perusahaan boleh belum membukukan laba. Namun, dalam proyeksi kinerja keuangan pada akhir tahun kedua sudah memperoleh laba. Laporan keuangannya pun harus sudah diaudit 12 bulan terakhir. Jumlah saham yang ditawarkan ke publik minimal 150 juta lembar saham.
(Baca: Rekor, Jumlah Emiten Baru BEI Tembus Angka 50 Perusahaan)
Di kedua papan tersebut, BEI juga mensyaratkan perusahaan melepas 20% dari total saham, untuk perusahaan dengan aset di bawah Rp 500 miliar. Perusahaan dengan aset Rp 500 miliar-Rp 2 triliun minimal melepas 15% sahamnya. Sementara itu, perusahaan dengan aset di atas Rp 2 triliun minimal melepas 10% dari total saham.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, selain mendorong UKM dan startup masuk ke lantai bursa, BEI juga berharap perusahaan-perusahaan besar seperti Kapal Api, Kopi Luwak, atau Sosro untuk mencatatkan sahamnya bursa.
Meski begitu, Laksono tidak terlalu khawatir soal nama-nama besar tersebut untuk IPO. Itu karena bukan pihak bursa saja yang meminta mereka untuk melantai, para anggota bursa juga mendorong perusahaan-perusahaan tersebut untuk IPO. "Tentunya kita ingin nama-nama (tersebut) itu melenggang di bursa dengan free float yang signifikan," kata Laksono.
Target IPO
Tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah jauh melampaui target jumlah perusahaan yang menawarkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO). BEI sudah melampaui target 35 perusahaan. Hingga akhir tahun ini diperkirakan ada 55 perusahaan yang akan melantai di bursa dan mencetak rekor IPO terbanyak.
Menurut Inarno, banyaknya perusahaan IPO tahun ini karena pihaknya memang mendorong perusahaan-perusahaan kecil untuk dapat melantai. Untuk tahun depan, BEI memasang target konservatif 35 perusahaan.
"Tahun depan target juga tetap 35 perusahaan. Walaupun ada Pemilu Presiden (Pilpres), kami tetap optimis," ujar Inarno. Meski begitu, BEI berharap target tersebut juga bakal terlampaui.
(Baca: Dirut BEI: Bunga Acuan Naik, Minat Investor Saham Tetap Tinggi)