Berbagai Kritik Prabowo ke Pemerintah di Forum Ekonomi Internasional
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai sumber daya manusia (SDM) di Indonesia kurang berkualitas. Jika dianalogikan sebagai tubuh, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI ini menyebutkan SDM Indonesia tak cukup mendapatkan protein.
Hal ini diperlihatkan dari berbagai indikator yang ada. Misalnya, Human Development Index Indonesia berada di peringkat 113. “Ini indikator bahwa SDM kita malknowledge,” kata Prabowo di Indonesia Economic Forum, Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11). Posisi Indonesia, dia melanjutkan, kalah dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand. Peringkat ini hanya di atas Vietnam dan Filipina.
(Baca juga: Saling Serang, Ini Beda Gaya Komunikasi Politik Jokowi dan Prabowo)
Walaupun, data Badan Pusat Statistik (BPS) sebenarnya menunjukkan indeks pembangunan manusia (IPM) semakin membaik. Pada April tahun ini, BPS mengumumkan kualitas pembangunan manusia Indonesia pada 2017 kembali membaik. Ini tercermin dari naiknya IPM 2017 sebesar 0,63 poin, (0,9 %) ke level 70,81 dari tahun sebelumnya. Hal tersebut didukung oleh membaiknya tiga indikator indeks: kesehatan, pengetahuan, dan pengeluaran.
Selain itu, Prabowo menukil posisi Indonesia yang menempati peringkat 66 dari 75 negara dalam kategori matematika berdasarkan studi Programme for Internasional Student Assessment (PISA) Indonesia pada 2015. Di kategori sains, Prabowo menyebutkan Indonesia menempati peringkat 65. “Dengan negara yang banyak pengalaman dan SDA, saya sebagai WNI tak bangga dengan performance ini,” ujarnya.
Dia juga merujuk data Bank Dunia menyebutkan 55 persen masyarakat Indonesia saat ini tak terliterasi atau functionally illitirate. Angka harapan hidup Indonesia disebutnya berada di peringkat 168 dari 239 negara. Sementara angka kematian di peringkat 143 dari 239 negara. “Stunting peringkat 25 menurut UNICEF 2018 dari 149 negara. Artinya bayi lahir tak normal,” kata Prabowo.
Kritik lain yang disampaikannya terkait akses air bersih pada tahun ini berada di peringkat 123 dari 180 negara. Di bidang sepakbola, Indonesia menempati peringkat 168 di FIFA. (Baca: Anak Pendek, Tantangan Besar Jokowi di Tahun Terakhir Pemerintahan).
Prabowo lantas mengatakan bahwa GNI to GDP ratio Indonesia berada di peringkat 160 dari 250 negara. Berbagai data tersebut memperlihatkan kemampuan elit Indonesia yang kurang mampu mengelola SDM. “Buat generasi muda Indonesia, kalau ini terus berlanjut akan sangat menyedihkan,” kata Prabowo.
Prabowo mengklaim memiliki visi, misi, dan pengalaman nyata dari program yang dibuatnya untuk mengatasi berbagai hal tersebut. Dia mengklaim dapat membalikkan keadaan negara lebih cepat.
Untuk itu, Indonesia harus memiliki komitmen yang kuat dalam memberantas korupsi, menurunkan kemiskinan, meraih pendapatan, serta memberi pelayanan lebih baik bagi masyarakat, bukan hanya ke beberapa orang.