Menteri Jonan Prediksi Subsidi Energi Capai Rp 150 Triliun Tahun Ini
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memperkirakan subsidi energi yang ditanggung pemerintah bisa mencapai Rp 150 triliun tahun ini. Bila perkiraan tersebut benar, maka subsidi energi membengkak sekitar Rp 55,5 triliun dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar Rp 94,5 triliun.
"Subsidi tahun ini Rp 145-150 triliun tahun ini," kata dia dalam acara Bussiness Challenge di Jakarta, Senin (26/11). Secara rinci, subsidi listrik diprediksi berkisar Rp 60 triliun, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) mencapai Rp 30 triliun, dan elpiji Rp 60 triliun.
Jonan mengatakan kenaikan subsidi energi menambah beban negara. Namun, penerimaan negara dari sektor ESDM mengalami peningkatan signifikan yaitu dua kali lipat dari target awal penerimaan negara sehingga bisa membiayai kenaikan beban.
(Baca juga: Kontroversi Kenaikan Harga BBM yang Mengancam Kursi Presiden Prancis)
Prediksi dia, penerimaan ESDM bisa mencapai Rp 300 triliun tahun ini, melebihi target awal sebesar Rp 150 triliun. Hal itu dengan melihat perkembangan penerimaan sejauh ini. "Sampai hari ini sudah Rp 220-230 triliun. Penerimaan negara naik double," ujarnya.
Adapun berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi subsidi energi hingga Oktober 2018 sebesar Rp 117,4 triliun atau 124,2% dari target dalam APBN. Secara rinci, realisasi subsidi BBM dan elpiji Rp 75,3 triliun atau 160,7% dari target. Di sisi lain, subsidi listrik mencapai Rp 42,1 triliun atau 88,3% dari target.
(Baca juga: Anjlok ke Level US$ 50, Harga Minyak Brent Terendah sejak Oktober 2017)
Kenaikan tersebut lantaran adanya kewajiban untuk membayar subsidi tahun lalu. Selain itu, kenaikan subsidi solar dari Rp 500 menjadi Rp 2.000 per liter seiring kenaikan harga minyak dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun sempat memprediksikan subsidi energi bisa mencapai Rp 163,49 triliun tahun ini, atau di atas prediksi Menteri Jonan.
Mengacu pada data Bloomberg, harga minyak dunia sempat mengalami lonjakan tinggi sepanjang tahun ini. Harga minyak mentah jenis Brent sempat menembus US$ 86 per barel pada awal Oktober lalu, melonjak dari posisi US$ 66 per barel pada akhir 2017. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2014. Namun, mulai akhir Oktober, harganya tercatat berbalik turun hingga saat ini berada di level US$ 59 per barel.
(Baca juga: Diminta Pemerintah, Pertamina dan Shell Kaji Penurunan Harga BBM)