Tantang Grab, Go-Jek Mulai Uji Coba Aplikasi di Singapura
Penyedia layanan on-demand Go-Jek meluncurkan aplikasi beta di beberapa wilayah Singapura, sejak Selasa (27/11). Dengan begitu, Go-Jek makin mantap bersaing di kampung pesaingnya, Grab.
Bloomberg melaporkan, banyak konsumen dan mitra pengemudi menantikan kehadiran Go-Jek sebagai pesaing Grab. Apalagi, Grab menjadi dominan setelah mengakuisisi operasional Uber di Asia Tenggara pada Maret lalu.
"Untuk Singapura, harus ada kompetitor layanan transportasi lain,” kata seorang warga Singapura Benjamin Roberts dikutip dari Bloomberg, Rabu (28/11).
Sejak kepergian Uber, keluhan dari para pengguna layanan berbagi tumpangan (ride hailing) meningkat. Terutama mengenai harga yang lebih tinggi, dan layanan yang tidak sesuai. Sementara para pengemudi mengeluhkan turunnya pendapatan.
“Ini saatnya menyeimbangkan kembali keseimbangan dan menambahkan lebih banyak kebijakan yang ramah konsumen dan ramah pengemudi serta memberikan sedikit kompetisi,” kata CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam wawancara dengan Bloomberg TV, beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Banjir Investasi Asing, Go-jek Pastikan Pendiri Masih Pegang Kendali)
Menurutnya, kehadiran Go-Jek di Negeri Singa akan menciptakan persaingan yang sehat. "Pada akhirnya, faktor terbesar bukanlah dalam persaingan harga tetapi bagaimana kami memperlakukan para pengemudi kami," kata dia.
Di sisi lain, CEO Grab Anthony Tan mengatakan, persaingan akan mendorong Grab untuk bertambah baik. “Pada hakikatnya akan ada lebih banyak kompetisi yang efektif dan itulah satu-satunya cara untuk membuat kami semua jujur dan inovatif,” ujar dia.
Grab dan Go-Jek merupakan dua startup bernilai tinggi di Asia Tenggara. Menurut perusahaan riset CB Insights, valuasi Grab diperkirakan sebesar US$ 11 miliar. Sedangkan valuasi Go-Jek diperkirakan US$ 5 miliar tahun ini. Namun, Go-Jek tengah mencari pendanaan baru senilai US$ 1,5-US$ 2 miliar, sehingga valuasinya diperkirakan mencapai US$ 10 miliar.
Beberapa perusahaan pun telah berupaya mengisi kekosongan pasar pasca keluarnya Uber. Perusahaan taksi terbesar di Singapura, ComfortDelGro Corp. menjadi salah perusahaan yang menjadi alternatif layanan transportasi di Singapura. Sahamnya pun naik 33% sejak titik terendah pada 2017 lalu menjadi US$ 2,51 per lembar.
Ada pula MVL Foundation Pte, startup layanan transportasi yang telah mendaftarkan 23 ribu pengemudi mobil dan 150 ribu pengendara motor sejak meluncurkan aplikasinya yang disebut Tada pada Juli lalu.