NuEnergy Selesaikan Pengeboran Satu Sumur di Blok Muralim
NuEnergy melalui anak usahanya Dart Energy Pte Ltd terus mengembangkan Blok Muralim. Di antara upaya itu dengan merampungkan pengeboran sumur eksplorasi di blok yang terletak di daratan Sumatera Selatan tersebut.
Chief Operating Officer NuEnergy Unggul Setyatmoko mengatakan sudah ada dua pengeboran sumur eksplorasi secara bersamaan di sana sejak 8 November lalu. Namun, baru satu sumur yang sudah selesai dibor. “Sumur lainnya masih dalam proses pengeboran,” kata Unggul kepada Katadata.co.id, Kamis (6/12).
Kedua sumur tersebut merupakan sumur keempat dan kelima yang dibor di Blok Muralim. Setelah pengeboran selesai, NuEnergy akan menguji untuk mengetahui kandungan migas yang ada di dalamnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Blok Muralim ditandantangani pada 3 Desember 2010 dengan masa kontrak 30 tahun. Waktu eksplorasi enam tahun pertama blok ini habis pada 2016 dan telah mendapat perpanjangan dari SKK Migas selama empat tahun sampai Desember 2020.
Di blok ini, Dart Energy Pte Ltd bertindak sebagai operator dengan hak kelola 50 %. Sisanya dimiliki oleh PT Medco CBM Pendopo. (Baca: NuEnergy akan Mengebor Dua Sumur Migas di Blok Muralim)
Mengacu situs resmi NuEnergy, Blok Muralim terletak sekitar 140 kilometer dari pusat pertumbuhan ekonomi dan kota industri Prabumulih dan Palembang. Lokasi blok ini juga sekitar 65 kilometer dari jalur utama gas ke pasar Jawa dan ekspor ke Malaysia dan Singapura.
NuEnergy menargetkan pengajuan proposal pengembangan lapangan atau Plan of Development (PoD) Blok Muralim pada 2019. Adapun cadangan gas di tempat (gas in place) blok ini sekitar 1.436 miliar kaki kubik (BCF). Sedangkan cadangan harapan (P3) sebesar 682 BCF.
Selain Blok Muralim, NuEnergy memiliki sejumlah blok migas nonkonvensional di Indonesia yakni Tanjung Enim di Sumatera Selatan. PoD blok ini masih dibahas oleh pemerintah untuk mendapat persetujuan. (Baca juga: NuEnergy Pangkas Biaya Blok Tanjung Enim di Proposal Revisi).
Blok Tanjung Enim siap mencatatkan sejarah di Indonesia. Hal ini karena Tanjung Enim akan menjadi blok yang menghasilkan gas dari batu bara pertama yang akan dikembangkan. Sedangkan blok jenis CBM lainnya masih status eksplorasi.
Total cadangan gas nonkonvensional di Blok Tanjung Enim mencapai 127,93 miliar standar kaki kubik (BSCF). Blok ini bisa berproduksi kurang lebih 97,42 BSCF untuk 15 tahun ke depan. Sedangkan perkiraan beroperasi adalah 2020.