Misi Dagang ke Arab Saudi Catat Potensi Transaksi Rp 203 Miliar
Kementerian Perdagangan mencatatkan potensi transaksi sebesar US$ 14,02 juta atau setara Rp 203 miliar dalam misi perdagangan ke Arab Saudi. Kegiatan promosi yang dilaksanakan di kota Jeddah, Arab Saudi pada 28 November hingga 1 Desember lalu bertujuan untuk memperkuat pasar ekspor di Timur Tengah.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda membawa 90 peserta yang terdiri dari pemerintah dan pengusaha swasta dengan lini bisnis antara lain minyak sawitdan turunannya, makanan dan minuman, tuna, karoseri bus, alat tulis, domba hidup, kemasanfilm, fesyen muslim, furnitur, bumbu dan rempah, kopi, kayu gaharu, serta aromaterapi.
"Misi dagang ini diharapkan bisa menjadi peluang untuk pengusaha nasional dalam membangun jejaring bisnis di luar negeri," kata Arlinda dalam jeterangan resmi, Jumat (7/12).
(Baca: Arab Saudi Minati Produk Sawit Indonesia)
Karenanya, pada misi dagang kali ini juga disediakan kegiatan forum bisnis yang dihadiri lebih dari 250 pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi. Selain itu ada pula kegiatan business matching yang mempertemukan pelaku usaha Indonesia dengan Arab Saudi serta Indonesia Expo 2018 untuk memamerkan produk nasional di sana.
Arlinda mengungkapkan, besarnya jamaah haji dan umrah Indonesia di Arab Saudi memberi peluang besar untuk akses pasar produk nasional. "Kami harap misi dagang dapat meningkatkan nilai perdagangan antarnegara dan memperoleh akses pasar yang lebih luas," ujarnya.
Tak hanya itu, pengusaha Arab Saudi menurutnya memiliki ketertarikan dengan bus produksi Indonesia. Rata-rata usia bus yang diperasikan di sana hanya berusia 3 hingga 4 tahun karena kebutuhan haji dan umrah yang besar membuat kinerja bus terus diperbaharui.
(Baca juga: Didominasi Kesepakatan Investasi, Trade Expo Cetak Transaksi Rp 126 T)
Pada 2017, perdagangan kedua negara mencatat transaksi sebesar US$ 4,54 miliar. Indonesia mencatatkan ekspor US$ 1,37 miliar dan impor US$ 3,16 miliar sehingga masih ada defisit mencapai US$ 1,78 miliar.
Sepanjang Januari hingga September 2018, Indonesia juga masih mengalami defisit yang mencapai 2,57 miliar. Sebab, ekspornya hanya sebesar US$ 921,69 juta dan impornya bisa mencapai US$ 3,5 miliar. "Kami berharap kegiatan misi dagang mampu mendatangkan lebih banyak produk Indonesia ke Arab Saudi," katanya.