IHSG Terperosok Dalam, Ancaman Ambil Untung Mengintai

Happy Fajrian
14 Desember 2018, 10:53
Bursa saham
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Selama dua hari berturut-turut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) konsisten bergerak di zona hijau. Pada penutupan perdagangan Rabu (12/12) IHSG naik 0,64%, kemudian pada Kamis (13/12) IHSG naik lebih kencang lagi sebesar 1,02%. Tren tersebut sepertinya berlanjut hari ini, Jumat (14/12) dengan IHSG dibuka, walau tipis, naik 0,01% ke posisi 6.178,57.

Pertanyaannya adalah bisakah IHSG hari ini melanjutkan tren kenaikannya? Perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terlihat fluktuatif. Di satu titik, negosiasi menemukan titik terang, namun dapat kembali suram dipicu pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kerap kontroversial.

Advertisement

Sementara ini, negosiasi kedua negara menimbulkan sentimen positif. Tiongkok dikabarkan menyetujui beberapa hal terkait tarif dan impor komoditas pertanian dari Amerika. Juga, kesediaan Negeri Panda itu menanggalkan program “Made in China 2025” untuk memberi kesempatan investor asing masuk ke sana.

(Baca: Waspada, Selisih Yield Obligasi AS Jangka Panjang Dengan Jangka Pendek Kian Menyempit)

Trump pun membalas itikad baik Tiongkok. Dia akan mengintervensi kasus penangkapan CFO Huawei Meng Wanzhou untuk memuluskan proses negosiasi. Namun sikap Trump yang terkadang sulit diprediksi membuat proses perundingan yang akan berlangsung hingga 30 Maret tahun depan masih berpotensi gagal.

Dengan ketidakpastian yang masih mengintai dari perkembangan perang dagang, kenaikan IHSG yang signifikan biasanya diikuti oleh aksi ambil untung atau profit taking oleh investor. Hal ini tercermin dari pergerakan IHSG pagi ini yang walaupun dibuka naik, tidak lama setelah perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimulai, IHSG langsung terperosok ke titik terendahnya pagi ini di posisi 6.162,36.

Ancaman risiko resesi perekonomian AS menjadi salah satu risiko yang diperhitungkan oleh investor. Hasil survei yang dilakukan Reuters terhadap lebih dari 500 ekonom dan pelaku pasar pun mengungkapkan, probabilitas risiko AS mengalami resesi dalam dua tahun kedepan mengalami peningkatan menjadi 40%.

(Baca juga: Risiko Resesi AS Meningkat, Ekspektasi Kenaikan Bunga Fed Melemah)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement