Pendanaan Rampung, Groundbreaking Pembangkit Jawa 1 Mulai Pekan Ini
Konsorsium proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Jawa 1 akan mulai masa konstruksi pekan ini. Ini seiring dengan didapatkannya persetujuan pendanaan dari pemberi pinjaman internasional pada 5 Desember 2018.
Proyek ini digarap oleh konsorsium yang dipimpin anak usaha PT Pertamina (Persero), yakni PT Pertamina Power Indonesia (PPI). Anggota konsorsium lainnya adalah Marubeni Corporation, Sojitz Corporation, dan perusahaan lainnya. Mereka membentuk dua perusahaan yakni PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR).
Pembentukan dua perusahaan itu karena pembangkit listrik ini terintegrasi dengan unit regasifikasi terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU). Pembangkit listrik dan FSRU tersebut akan dibangun secara serempak. Proyek ini disebut-sebut sebagai proyek terintegrasi “LNG-to-Power” pertama di Asia ini
PLTGU ini memiliki kapasitas 1.760 Megawatt (MW). Sedangkan, kapasitas FSRU tersebut adalah 170.000 meter kubik (m3). Adapun, PLTGU ini dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik akan dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) selama 25 tahun. Pembangunan IPP (Independent Power Plant) Jawa-1 ini menandakan upaya Pertamina dalam mendukung penyediaan energi bersih, melalui PPI.
Proses pembangunan pembangkit listrik gas terintegrasi ini akan memasuki masa konstruksi (full-scale) pada bulan Desember 2018. Hal itu akan ditandai dengan pelaksanaan peletakan batu pertama (ground breaking) pada tanggal 19 Desember 2018.
Proyek Jawa-1 ini terbagi dalam 3 tahapan penting, yaitu Tahap I (pra proyek sampai dengan Financial Close/FC), Tahap II (konstruksi) dan Tahap III (operasional). Dengan telah tercapainya FC pada tanggal 5 Desember 2018, maka tahap I proyek sudah berhasil diselesaikan.
Total pinjaman untuk Proyek Jawa 1 ini mencapai US$ 1,3 miliar. Dari jumlah itu, JBIC selaku pemimpin konsorsium mendanai sekitar US$ 600 juta.
Selain dari JBIC, pendanaan berasal dari Asian Development Bank (ADB) sebesar US$ 303 juta. Lalu ada Nippon Export and Investmet Insurance (NEXI) US$ 400 juta.NEXI ini mengkoordinasikan beberapa lembaga keuangan. Di antaranya Mizuho Bank, MUFG Bank, OCBC Bank of Singapore, French banks Societe Generale dan Credit Agricole.
(Baca: Proyek Pembangkit Listrik Terbesar di Asia Tenggara Mulai Konstruksi)
Tantangan berikutnya adalah memastikan tahap konstruksi dapat terlaksana agar mencapai target operasional secara komersial (Commecial on Date/COD) pada Desember 2021, sesuai waktu, spesifikasi dan biaya. Soliditas dan koordinasi inter konsorsium (JSP-JSR) dan dengan para mitra pendukung serta pemberi dana dan juga para pemegang kepentingan lainnya merupakan kunci keberhasilan proyek agar dapat berjalan sesuai target.
Direktur Utama PPI Ginanjar mengatakan perusahaannya memastikan aspek kualitas dan keselamatan kerja dalam pembangunan tersebut. “Di samping mengembangkan pembangkit listrik tenaga gas, PPI juga memiliki fokus bisnis di bidang new and renewable energy lainnya yang mencakup pembangkit listrik tenaga surya, biogas, tenaga angin, maupun sumber energi masa depan lainnya,” kata dia berdasarkan keterangan resminya, Senin (17/12).