Rapor Merah Neraca Perdagangan dan Rupiah Tekan IHSG 0,99%

Happy Fajrian
17 Desember 2018, 14:10
Bursa saham
ANTARA FOTO/M. Agung Rajasa
Beberapa siswa berfoto dengan latar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (24/2).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia bulan November defisit US$ 2,05 miliar. Angka ini merupakan defisit terdalam yang dicatatkan Indonesia sepanjang 2018. Rapor merah neraca perdagangan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam tekanan dan terus melemah.

Tekanan dari neraca perdagangan dan nilai tukar rupiah membuat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi yang terburuk diantara bursa utama Asia. Hingga penutupan perdagangan sesi pertama siang ini, Senin (17/12) IHSG terkoreksi 0,99% ke posisi 6.108,74, atau turun 61,1 poin.

Padahal IHSG sempat bergerak ke zona hijau pada posisi 6.174,22 pada pembukaan pagi ini. Namun IHSG langsung kembali ke zona merah dan konsisten berada di zona tersebut hingga sesi pertama perdagangan berakhir.

Sama dengan IHSG, indeks KLCI Malaysia terkoreksi 0,10%, indeks SET Thailand koreksi 0,29%, sedangkan indeks Shanghai terkoreksi tipis 0,01%. Sementara itu Strait Times naik paling tinggi 1,38%, diikuti Nikkei 225 0,69%, Kospi Korea 0,16%, PSEi Filipina naik 0,12%, serta Hang Seng 0,03%.

Tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia sebenarnya sudah dapat diprediksi dengan dirilisnya data-data ekonomi Tiongkok yang menunjukkan perlambatan pada November dibandingkan kondisi Oktober. Impor yang dilakukan Tiongkok pada November mengalami perlambatan sebagai dampak lanjutan perang dagang. Padahal Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor.

Investor asing yang terus melakukan aksi jual turut menekan pergerakan indeks. Investor asing melakukan jual bersih Rp 180,03 miliar hingga siang ini. Total nilai transaksi saham hingga siang ini mencapai Rp 4,38 triliun dari 7,49 miliar saham yang diperjualbelikan.

Sementara itu tekanan dari lingkungan global sementara ini masih menunggu keputusan The US Federal Reserve (The Fed) yang rencananya akan menaikkan suku bunga acuannya pada Rabu (19/12) waktu setempat atau Kamis (20/12) waktu Indonesia.

Indeks yang terkoreksi cukup dalam siang ini tercermin dari sepuluh indeks sektoral yang sembilan diantaranya terkoreksi. Sektor konsumer turun paling dalam 1,81%, diikuti manufaktur 1,68%, industri dasar 1,51%, aneka industri 1,49, pertambangan 1,35%, properti 1,19%, perdagangan 1,18%, keuangan 0,52%, dan infrastruktur 0,24%. Hanya sektor pertanian yang naik 0,18%.

(Baca juga: Terdalam Sepanjang 2018, Neraca Dagang November Defisit US$ 2,05 M)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...