Petani Minta Kuota Impor Garam Tahun Depan Dikurangi
Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) meminta pemerintah mengurangi alokasi impor garam pada 2019. Alasannya, dengan produksi garam tahun depan yang diperkirakan mencapai 2,4 juta ton atau sama dengan realisasi tahun ini, maka hasil produksi garam tersebut dinilai mampu memenuhi kebutuhan industri.
Ketua Umum APGRI Jakfar Sodikin menyatakan kuota impor garam tahun ini sudah sangat berlebihan. "Jika impor garam tahun depan sesuai kebutuhan atau minimal 2,5 juta ton, harga garam akan stabil," kata Jakfar kepada Katadata.co.id, Selasa (18/12).
(Baca: Panen Garam Rakyat Terasa Pahit Akibat Serbuan Impor)
Tahun ini, pemerintah memutuskan untuk menerbitkan kuota impor garam sebanyak 3,7 juta ton untuk memenuhi kebutuhan garam nasional yang diprediksi mencapi 3,9 juta ton. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, per November realisasi impor baru mencapai 2,17 juta ton dari persetujuan impor 3,1 juta ton.
Jakfar mengatakan impor yang berlebihan akan membuat harga garam di tingkat petani anjlok. Pada akhir tahun, harga garam di wilayah Jawa Timur mencapai Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per kilogram untuk kualitas standar.
Adapun tahun depan, produksi garam bakal sama dengan volume produksi 2018 sebesar 2,4 juta ton. Target tersebut bisa dicapai jika ditunjang dengan tiga faktor, seperti El Nino yang semakin mendekat ke perairan Indonesia, tanda pasang air laut yang tinggi pada bulan purnama, serta pemakaian geomembrane yang semakin banyak oleh petambak.
"Ini merupakan pertanda akan ada kemarau panjang tahun depan," ujarnya.
(Baca: Terdorong Musim Panen, Produksi Garam Nasional Lampaui Target)
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti mengungkapkan produksi garam petani rakyat sebesar 2,34 juta ton, tak jauh berbeda dengan perhitungan APGRI. Namun, ada tambahan kalkulasi produksi PT Garam yang mencapai 369 ribu ton. Alhasil, total produksi sepanjang tahun ini diperkirakan sebanyak 2,71 juta ton.
Brahmantya menjelaskan waktu selesainya musim panen terjadi pada akhir November sampai awal Desember. Saat ini, KKP tengah menunggu pengkajian Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk prediksi cuaca tahun depan.
KKP juga bakal memeriksa realisasi impor berdasarkan alokasi impor garam tahun 2018 sebagai acuan impor tahun depan. "Harapan kami impor garam tahun depan ya turun," kata Brahmantya.