Pemerintah Hitung Kebutuhan 2019, Ini Proyeksi Jumlah Impor Pangan
Pemerintah telah mengkaji dan menghitung kebutuhan pangan untuk menentukan impor komoditas strategis tahun 2019. Hasilnya, sejumlah komoditas pangan seperti gula, garam, dan daging kemungkinan akan tetap diimpor, kendati sebagian jumlahnya diperkirakan lebih sedikit.
Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang berlangsung hampir 3 jam pun menetapkan potensi kebutuhan yang harus didatangkan dari luar negeri.
"Intinya stok pangan bisa dijaga untuk tahun 2019 sampai akhir tahun dalam jumlah yang cukup," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution di Jakarta, Rabu (19/12).
(Baca: Petani Minta Kuota Impor Garam Tahun Depan Dikurangi)
Namun Darmin menegaskan, perhitungan kebutuhan impor gula dan garam hanya diperuntukan bagi industri yang membutuhkan bahan baku sesuai dengan spesifikasinya serta untuk kembali diolah.
Proyeksinya, pada 2019 impor gula mentah akan sebesar 2,8 juta ton dan impor garam mencapai 2,7 juta ton. Angka ini lebih rendah dibandingkan alokasi impor gula dan garam tahun ini masing-masing sebesar 3,6 juta ton dan 3,7 juta ton. Sementara menurut data Kementerian Perdagangan, realisasi impor gula per September hanya 1,87 juta ton. Kemudian, impor garam per November sebesar 2,17 juta ton.
Menurut Darmin, angka perhitungan untuk impor gula dan garam masih sebatas perkiraan dan belum difinalisasi. Sebab, kementerian teknis masih menghitung produksi dan stok di daerah. Sehingga, alokasi impor gula dan garam masih akan berubah setelah mendapat laporan ketersediaan dalam waktu satu bulan.
Untuk impor daging kerbau, dia menyebut pada tahun depan pemerintah mengalokasikan kuota impor sebesar 100 ribu ton. Jumlah itu sama dengan alokasi impor tahun 2018. "Impor daging kerbau volumenya sama dengan India, tetapi realisasi tahun ini baru 80 ribu ton," ujarnya.
Sementara terkait pembahasan tentang stok beras untuk kebutuhan tahun depan, Darmin mengungkapkan tidak ada impor beras karena pasokan di gudang Perum Bulog dinilai sudah cukup banyak. Berdasarkan alokasi impor 2 juta ton, impor beras yang tiba mencapai 1,8 juta ton.
(Baca: Stabilisasi Harga, Bulog Gelontorkan Beras Impor )
Menaggapi hal tersebut, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan stok beras di gudang Bulog sebesar 2,3 juta ton setelah operasi pasar secara besar-besaran. Tahun ini, penyerapan beras dalam negeri Bulog mencapai 1,48 juta ton dan impor beras sebesar 1,8 juta ton.
Oleh karena itu, Bulog memastikan tidak akan ada lagi gejolak harga beras tahun depan. "Apalagi kekurangan beras," ujar Budi.
Sementara Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan kebutuhan gula industri saat ini sekitar 3,6 juta ton dan kebutuhan garam untuk industri sebanyak 3,7 juta ton.
Menurutnya, kebutuhan impor gula dan garam impor berdasarkan industri yang tidak bisa disubstitusi oleh bahan baku hasil produksi lokal. "Sisa dari kebutuhan akan terpenuhi oleh stok produksi dalam negeri," katanya.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti juga menyatakan produksi garam dalam negeri telah dinilai mampu memenuhi kebutuhan industri sehingga impor akan berkurang. Dengan kuota impor 2,7 juta ton pada tahun depan, baru akan direalisasikan setelah memperhatikan produksi dan sisa stok garam tahun ini.
(Baca: Stop Impor Pangan, Janji Manis Jelang Pilpres)
Sedangkan menanggapi kebijakan impor daging, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengungkapkan produksi daging tahun depan diperkirakan meningkat sebesar 5% menjadi 450 ribu ton dengan asumsi kebutuhan konsumsi 620 ribu ton. Karenanya untuk memenuhi selisih produksi dan konsumsi, pemerintah masih perlu mengimpor daging.
Selain dari impor 100 ribu ton daging kerbau, impor daging kemungkinan akan bertambah terutama untuk daging sapi dan sapi bakalan. Namun dia belum bia menjelaskan mengenai jumlah volume impor daging sapi tersebut.