Libur Natal Usai, IHSG Kembali Terkoreksi Terpengaruh Bursa AS
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia kembali dimulai setelah libur Natal selama dua hari. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan hari ini, Rabu (26/12) dengan langsung terkoreksi ke level 6.094,41 atau turun 1,12%.
Kendati demikian, IHSG mampu kembali bergerak naik. Hingga pukul 10.00 IHSG telah kembali berada di level 6.134,20. Analis memperkirakan IHSG pekan ini akan bergerak naik, melanjutkan tren kenaikannya sebelum libur natal.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan, laju IHSG secara teknikal akan naik menuju area resistance. Menurutnya, resistance pertama maupun kedua memiliki range pada level 6.182,3 hingga 6.201,1. Sementara, support pertama maupun kedua memiliki range pada level 6.127,7 hingga level 6.091,8.
Senada dengan Nafan, Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi juga memperkirakan IHSG sepekan ini secara teknikal akan mengalami kenaikan, menguji target tahun ini di atas level 6.200.
"Berdasarkan indikator, peluang IHSG optimis mendekati area jenuh beli sehingga diperkirakan IHSG akan bergerak melanjutkan penguatan pasca-libur natal dengan support di level 6.131, sedangkan resistance di level 6.210," terang Lanjar kepada Katadata.co.id.
(Baca: IHSG Selama Pekan Lalu Selamat dari Tekanan Global, Hanya Turun 0,1%)
Pengaruh dari Wallstreet masih dirasakan oleh pasar modal Indonesia. Tiga indeks utama Amerika Serikat (AS) meluncur turun dengan deras selama sepekan terakhir, yaitu sejak Selasa (18/12) atau sebelum The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya, hingga penutupan Senin (24/12) atau sehari sebelum libur Natal.
Selama rentang waktu tersebut, indeks Dow Jones telah mengalami koreksi hingga 7,95%, S&P 500 jatuh 7,66%, dan indeks Nasdaq terkoreksi paling dalam sebesar 8,71%.
Kekhawatiran investor di negeri Paman Sam masih terlihat jelas dengan serangkaian aksi jualnya yang membuat indeks kebakaran. Kekhawatiran didorong oleh rilis data ekonomi yang menunjukkan perekonomian AS mengalami pelemahan.
Data pertumbuhan ekonomi AS triwulan III 2018 yang sebesar 3,4% lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II yang mencapai 4,2%, serta lebih rendah dibandingkan proyeksi ekonom dan pelaku pasar yang memprediksi perekonomian AS triwulan III akan tumbuh 3,5%.
Investor disana juga dibuat pusing dengan Presiden AS Donald Trump secara terus menerus mengkritik kebijakan yang diambil The Fed untuk menaikkan bunga acuannya. Bahkan Trump tengah mendiskusikan upaya pemecatan Gubernur The Fed, Jerome Powell karena dinilai tidak mendukung kebijakan ekonominya.
Sementara itu pemerintahan AS telah memasuki hari keempat setelah Trump merealisasikan ancamannya menutup pemerintahan, karena kongres tidak memberikan anggaran untuk rencana pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko. Tutupnya pemerintahan menjadi berita buruk bagi investor yang dampaknya juga akan dirasakan secara global.
(Baca: Lima Saham Pencetak Cuan Terbesar dan Pecundang Pekan Lalu)