BEI Catat 12 Perusahaan Siap IPO di Awal Tahun 2019, Tak Ada BUMN
Sebanyak 12 perusahaan dikabarkan telah siap untuk masuk ke pasar modal pada awal tahun 2019 ini menurut pipeline Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengungkapkan, dari 12 perusahaan tersebut, 6 di antaranya merupakan perusahaan yang rencananya akan go public tahun lalu namun tertunda karena ada beberapa kewajiban dari bursa yang belum dipenuhi.
Sayangnya, di antara 12 perusahaan yang siap melantai tersebut, tidak ada satupun perusahaan pelat merah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun anak usaha BUMN yang telah siap untuk melantai di bursa. "Ada beberapa dokumen yang harus mereka kumpulkan atau permintaan penjelasan yang mungkin lebih banyak yang kita minta terhadap beberapa hal. (BUMN) nanti saya sampaikan termasuk anak-anak (usaha)-nya. Dari 12 perusahaan belum ada (BUMN)," kata Nyoman ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1).
Sebelumnya dikabarkan, 6 anak usaha BUMN siap untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun ini. Enam anak usaha BUMN tersebut yaitu PT Pelabuhan Tanjung Priok, PT Adhi Persada Gedung, PT Adhi Commuter Properti, PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty), PT Wika Industri dan Konstruksi, serta PT Rumah Sakit Pelni.
(Baca: Menteri Darmin: Pendalaman Pasar Modal Belum Maksimal)
Secara keseluruhan, menurut pipeline perusahaan penjamin emisi efek (underwriter), tahun ini sudah ada 45 perusahaan yang mengantri untuk melantai di bursa. Namun, Yetna mengaku belum mengetahui nama ke-45 perusahaan tersebut karena masih dirahasiakan oleh perusahaan penjamin efek masing-masing perusahaan.
Pasalnya, dari 45 perusahaaan tersebut, ada kemungkinan satu perusahaan dijaminkan melalui lebih dari satu perusahaan penjamin emisi efek. "Nanti ada konfirmasi dari pertanyaan yang kita sampaikan, join dengan (perusahaan penjamin) siapa aja," kata Nyoman.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyampaikan, perlunya sinergi antar-pemangku kepentingan agar jumlah emiten yang masuk ke pasar modal di tahun 2019 semakin banyak sehingga makin memperdalam pasar modal.
Wimboh tidak mempermasalahkan ukuran perusahaan atau besaran dana yang diincar oleh perusahaan melalui pasar modal. Menurutnya, emiten yang mencari dana melalui pasar modal tidak harus yang berskala besar, perusahaan yang berskala medium juga harus dirangkul untuk masuk pasar modal agar pasar modal semakin dalam.
"Tidak perlu yang gajah-gajah. Skala medium itu bisa, supaya lebih banyak lagi emiten yang masuk. Kami berkomitmen untuk memperluas instrumen yang bisa dikeluarkan emiten skala medium, termasuk investornya," kata Wimboh.
(Baca: Stabilitas Ekonomi Terjaga, BI dan OJK Dorong Optimisme Hadapi 2019)