Perdagangan Perdana Bursa Saham 2019, IHSG Dibuka Naik 0,18%

Happy Fajrian
2 Januari 2019, 10:49
BEI
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bursa Efek Indonesia mengadakan konferensi pers mengenai Pengumuman Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan (27/12). Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan dirinya optimis dengan pergantian tahun ini, meski tahun depan memasuki tahun politik. Justru tantangan terbesar datang dari faktor eksternal yang tak bisa dihindari.

Pada pembukaan perdagangan hari pertama tahun ini di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (2/1), indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung terangkat ke posisi 6.205,89, atau naik 0,18%. Kendati demikian, perlahan-lahan IHSG tertekan ke zona merah hingga menyentuh titik 6.180,01, atau terkoreksi 0,23%.

Kinerja IHSG senada dengan kinerja bursa saham di Asia yang juga mengalami koreksi pada hari ini, kecuali indeks PSEi Filipina yang hingga pukul 11.00 waktu setempat masih konsisten bergerak di zona hijau.

Sebagai catatain selama tiga tahun terakhir, pada perdagangan pertama di tahun baru IHSG memiliki rapor merah karena selalu ditutup pada zona merah. Pada tahun baru 2016 IHSG ditutup dengan koreksi 1,46% pada perdagangan hari pertamanya. Setahun kemudian, pada tahun baru 2017, IHSG ditutup dengan koreksi 0,39%. Terakhir, pada tahun baru 2018, IHSG sempat dibuka di zona hijau namun ditutup terkoreksi 0,25%.

(Baca: Nilai-nilai Plus Bursa Saham Indonesia 2018 di Balik Minusnya IHSG)

Hari ini investor menantikan pengumuman inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan harapan tingkat inflasi tahun 2018 yang terkendali. Hingga November 2018, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,5%.

Sementara itu sentimen eksternal masih berkutat pada kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, terlebih lagi dengan rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin yang akan semakin membebani pertumbuhan ekonomi AS.

Sementara itu perkembangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok kembali menemui batu sandungan dengan rencana Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan eksekutifnya untuk menyatakan kondisi darurat nasional.

Kebijakan eksekutif ini akan melarang perusahaan AS menggunakan alat telekomunikasi buatan Tiongkok di antaranya Huawei dan ZTE yang dinilai memiliki risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS. Jika Trump benar melakukannya, tensi tinggi akan kembali mewarnai proses negosiasi antara AS dan Tiongkok.

(Baca: Proyeksi Bursa Saham 2019: IHSG Berpotensi Tembus 7.000)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...