Rentan Mengerek Inflasi, Harga Beras Jadi Fokus Utama Jokowi

Image title
Oleh Ekarina
4 Januari 2019, 12:28
Persediaan Beras di Gudang Bulog
Antara Foto / Rony Muharrman
Seorang pekerja sedang memasukan beras di sebuah gudang Bulog di Pekan Baru, Riau.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan perhatian khusus kepada harga kebutuhan pokok, khususnya beras dan mengupayakan harganya tetap stabil. Hal ini dilakukan karena kenaikan harga beras rentan mempengaruhi laju inflasi. 

"Harga beras sangat berpengaruh terhadap inflasi, sehingga beras yang terlebih dahulu yang saya lihat," kata Presiden Jokowi di Kampus STKIP PGRI Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (4/12).

Hal itu diungkapkan Jokowi menanggapi pertanyaan wartawan mengenai hasil kunjungannya ke Pasar Ngemplak Tulungagung pada Jumat pagi.

(Baca: Target Serapan Beras Turun, Bulog Sebut Stok di Gudang Masih Cukup)

Jokowi mengatakan stabilisasi harga beras melalui operasi pasar Bulog mulai efektif menstabilkan harga beras. "Kita lihat biasanya setiap Desember dan Januari naiknya pasti tinggi. Tadi saya lihat stabil, beras medium juga tercukupi," katanya.

Ia menyebutkan harga beras medium rata-rata Rp8.500 per kilogram. "Memang di pasaran yang kurang itu beras medium. Tapi kalau melihat stoknya tadi Insya Allah tidak ada masalah untuk beras," katanya.

Selain beras, dia juga mengatakan telah mengecek sejumlah harga kebutuhan pokok, baik yang mengalami kenaikan. Berdasarkan pantauannya, komoditas yang mengalami kenaikan harga di pasar tersebut di antranya adalah daging ayam,  yang naik Rp1.000 menjadi Rp32.000 per kilogram dari sebelumnya Rp31.000

"Saya kira ini perlu perhatian. Meskipun naiknya Rp1.000 ini akan kita perhatikan," katanya.

Presiden juga menyebutkan  kenaikan harga itu disinyalir terjadi karena masalah kurangnya pasokan pakan ternak  yaitu jagung ke peternak, sehingga imemengaruhi harga daging ayam.

"Naik sekecil apapun harus diperhatikan karena kita ingin mengendalikan harga-harga dan menurunkan inflasi," katanya.

Ia menyebutkan inflasi sudah cenderung turun. Pada  2017 mencapai 3,61% dan tahun 2018 hanya 3,13%.

(Baca juga: Inflasi 2018 Capai 3,13%, Kenaikan Harga Bensin Jadi Kontributor Utama)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulanan pada Desember sebesar 0,62% sehingga inflasi tahunan mencapai 3,13% pada 2018. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan 2017 yang sebesar 3,61%, namun lebih tinggi dibandingkan pencapaian 2016 yaitu 3,02% atau level inflasi terendah sejak 2009.

Kepala BPS Suhariyanto berpendapat pemerintah berhasil menjaga inflasi sepanjang tahun lalu dan berharap berlanjut ke tahun ini. Adapun pemerintah sempat memproyeksikan inflasi berada di level yang sedikit lebih tinggi yaitu 3,2% tahun lalu. "Kami berharap harga barang dan kebutuhan masyarakat tetap stabil," kata dia di Jakarta, Rabu (2/1).

(Baca: Harga Beras Naik, Jokowi Instruksikan Bulog Gelar Operasi Pasar)

Ia memaparkan penyebab utama inflasi pada 2018 adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dengan andil sebesar 0,26%. "Komoditas utama yang andilnya paling tinggi (pada 2018) adalah bensin umum bukan yang subsidi karena kenaikan harga minyak," ujarnya.

Harga beras juga menyumbang inflasi dengan kontribusi mencapai 0,13%. Namun, andil harga beras lebih rendah dibandingkan 2017 yang sebesar 0,16%. Kemudian, harga rokok kretek filter menjadi penyumbang inflasi terbesar ketiga dengan andil 0,13%.

Selain itu, kebutuhan masyarakat untuk daging ayam ras menyumbang 0,12% terhadap inflasi, ikan segar 0,10%, tarif angkutan udara 0,10%, tarif sewa rumah 0,09%, serta bawang merah 0,07%.

Komoditas penyumbang terbesar inflasi pada 2018 ini berbeda dengan 2016 lalu saat inflasi juga rendah. Ketikan itu, penyumbang utamanya yaitu tarif listrik, biaya perpanjangan STNK, tarif pulsa ponsel, dan emas perhiasan.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...