Nuansa Warna Bumi Jadi Tema Merek Fesyen Suqma Tahun Ini
Suqma memilih nuansa warna bumi (earth tone colour) menjadi tema berbagai produknya. Jenama fesyen muslim ini mempublikasikan beberapa koleksi terbaru 2019 melalui akun Instagram @suqmaid.
Sejumlah empat koleksi yang tampil mengusung dua warna berbeda, yaitu bernuansa merah hati dan coklat. Mengutip www.suqma.com, koleksi heaven dress maple drown/dusty pink dibanderol Rp 219.500 sedangkan drew coffee brown seharga Rp 289.000.
"Memang pada tahun ini kami banyak mengambil earth tone," ujar Direktur Kreatif Suqma Jenahara Nasution saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (9/1). Tema warna ini dituangkan menjadi beragai busana modest atasan, bawahan, dan kerudung.
Jenama Suqma hadir di Indonesia pada 2017, fokus utama menghadirkan rancangan busana modest. Produk ready to wear yang mereka pasarkan mengusung konsep sederhana, modern, dan memiliki sentuhan detil. Busana atasan Suqma dibanderol antara Rp 300.000 - Rp 400.000.
(Baca juga: Perpaduan Bahan, Strategi Suqma Pertahankan Harga Kompetitif)
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan bahwa untuk mempertahankan harga kompetitif di pasar lokal maupun ekspor, pebisnis fesyen muslim harus meningkatkan produktivitas.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin Gati Wibawaningsih sempat menuturkan, pihaknya menargetkan Indonesia menjadi kiblat fesyen muslim dunia pada 2020. Guna mencapai ini maka produktivitas harus ditingkatkan dengan bantuan teknologi.
"(IKM fesyen) pada 2017 berkontribusi 3,76% PDB. Nilai ekspornya US$ 13,29 miliar atau tercatat tumbuh 8,7% (year on year). Ini menunjukkan, industri fesyen nasional memiliki daya saing di pasar internasional," ujar dia. (Baca juga: Menperin Paparkan Strategi Jangka Pendek Memacu Ekspor Manufaktur)
Industri fesyen memang didorong pemerintah agar dapat meraup pangsa pasar lebih besar pada tataran global. Guna memacu pertumbuhan kinerja sektor ini, khususnya dari segi ekspor, maka kompetensi SDM turut menjadi fokus perhatian.
Pemerintah tak hanya menginginkan produk fesyen muslim lokal hanya menguasai pasar domestik. Para desainer juga didorong merambah pasar global. Indonesia bahkan ditargetkan masuk dalam tiga besar eksportir fesyen muslim ke negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI).