Prediksi Berbeda Ekonom Tentang Arah Kebijakan Bunga Acuan BI di 2019
Bank Indonesia (BI) mengerek secara agresif suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate, total 175 basis poin menjadi 6%, sepanjang tahun lalu. Hal itu untuk mengimbangi langkah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang menaikkan bunga acuannya, Fed Fund Rate, sebanyak empat kali ke rentang 2,25-2,5%. Lantas bagaimana dengan tahun ini? Ekonom punya prediksi berbeda.
Ekonom DBS Indonesia Masyita Crystallin melihat kemungkinan BI tidak akan melanjutkan siklus kenaikan bunga acuan. Ini dengan asumsi, Fed Fund Rate hanya naik dua kali tahun ini, sesuai proyeksi DBS dan ekspektasi para petinggi The Fed yang dilansir pada Desember 2018 lalu. Adapun ekspektasi para petinggi The Fed lebih sedikit dibandingkan sebelumnya yaitu tiga kali kenaikan, seiring proyeksi perlambatan ekonomi di negara tersebut.
“Sesuai ekspektasi kami yaitu dua kali kenaikan Fed Fund Rate maka tekanan untuk meningkatkan interest rate differential (selisih bunga acuan BI dan bank sentral AS) lebih jauh akan lebih ringan,” kata dia dalam analisis tertulis yang dilansir, pekan lalu.
Di samping itu, prediksi bunga acuan BI tetap juga seiring dengan perkiraan meredanya risiko tekanan inflasi. Hal ini berkat pergerakan harga minyak yang lebih “soft”.
(Baca: Harga Minyak Indonesia Sentuh Level Terendah pada Desember 2018)
Berbeda pendapat, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam memperkirakan BI akan berusaha mempertahankan selisih bunga agar tidak terjadi aliran keluar modal asing dari pasar keuangan yang bisa menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Dengan demikian, kebijakan bunga acuan BI diprediksi masih akan mengikuti The Fed. Bila The Fed hawkish, BI akan hawkish. Begitu juga bila The Fed dovish, BI akan dovish. “Namun demikian saya meyakini BI tidak akan serta merta menurunkan suku bunga ketika The Fed menurunkan suku bunga,” kata dia.
(Baca juga: Naik atau Turunnya Bunga AS Dinilai Bakal Mengancam Ekonomi Indonesia)
Ia pun meyakini, dengan asumsi Fed Fund Rate naik sebanyak dua kali tahun ini, BI juga akan mengikuti kenaikan minimal dua kali, bergantung pada kondisi aliran modal asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. “Saya kira BI tidak akan berspekulasi menahan suku bunga ketika The Fed menaikkan suku bunga,” ujarnya.
(Baca juga: BI Isyaratkan Ada Ruang Penguatan Kurs Rupiah Kembali ke Posisi 13.500)
Adapun saat ini, bunga acuan BI tercatat sebesar 6% dengan inflasi 3,13% akhir tahun lalu, Sedangkan Fed Fund Rate 2,25-2,5%, dengan inflasi mendekati target 2%. Sementara itu, selisih suku bunga atau imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) dengan US Treasury tenor sama 10 tahun sekitar 5%. “Saya kira itu cukup besar dan menarik bagi investor,” ujarnya.