Pengusaha Retail Tutup Gerai karena Faktor Lokasi dan Kondisi Ekonomi

Michael Reily
16 Januari 2019, 20:59
Pertumbuhan ruang mall
Katadata/ Agung Samosir
Suasana lengang pertokoan yang masih belom buka di Kemang Village Mall, Jakarta Selatan, Jumat (25/1). Menurut data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), pertumbuhan jumlah mal di Jakartasaat ini masih tetap tinggi, terhitung yang sudah beroperasi mencapai 73 mall.

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) angkat bicara terhadap isu penutupan gerai retail seperti yang belum lama dialami Hero Grup dan perusahaan retail asal Thailand Central Department Store. Mereka menilai efisiensi melalui penutupan merupakan hal yang wajar di lingkup industri retail untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan.

Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta menyebutkan umumnya salah satu alasan peretail menutup gerainya karena lokasi yang tidak menjanjikan. "Kalau tidak efisiensi, toko yang tidak sehat bakal mempengaruhi kepada toko yang sehat," kata Tutum di Jakarta, Rabu (16/1).

Advertisement

Selain itu, dia pun mengakui situasi ekonomi memang sedang lesu secara global dan domestik. Sehingga, perusahaan retail harus melakukan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis. Jika situasi membaik, perusahaan retail nantinya biasanya akan kembali membuka gerai baru.

Bahkan, Tutum menyebutkan ada penutupan gerai sebanyak 400 unit pada tahun 2018, tetapi hal itu juga diimbangi dengan pembukaan 500 unit gerai baru. 

(Baca: Gelar Diskon Besar Sebelum Tutup Gerai, Omzet Central Neo Soho Melesat)

Meski begitu, Aprindo mengingatkan perusahaan retail supaya melakukan strategi yang lebih tepat untuk bisnis ke depan. Sebab, pola konsumsi masyarakat juga berubah dengan kemajuan teknologi.

Dia pun menekankan, perlakuan bisnis retail untuk pakaian berbeda dengan retail untuk makanan. Diferensiasi bisnis itu juga berbeda dengan retail elektronik. "Sehingga harus ada usaha untuk penyesuaian metode dengan teknologi digital," katanya. 

Sebelumnya, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menyatakan menutup 26 gerainya dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 532 karyawan. Langkah tersebut akhirnya ditempuh, sebagai upaya efisiensi akibat menurunnya penjualan HERO sepanjang 2018.

Corporate Affairs General Manager Hero Tony Mampuk menjelaskan HERO mengalami penurunan total penjualan sebesar 1% hingga kuartal III 2018 menjadi Rp 9,94 triliun, dibanding periode yang sama 2017 sebesar Rp 9,96 triliun. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penjualan bisnis makanan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Meskipun untuk bisnis nonmakanan diakuinya tetap menunjukkan pertumbuhan yang kuat.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement