Lampaui Target, 10 Juta UMKM, Petani, dan Nelayan Go-Online

Desy Setyowati
17 Januari 2019, 14:04
GELAR INOVASI PRODUK UMKM
ANTARA FOTO/R Rekotomo
Penjaga stan menjelaskan tentang berbagai produk kerajinan kepada calon konsumen saat Gelar Inovasi Produk UMKM, Koperasi dan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) di Semarang, Jawa Tengah, Senin (13/3). Pameran yang menampilkan beragam produk industri kreatif dari berbagai wilayah dan UMKM mitra binaan BUMN di Indonesia itu bertujuan untuk meningkatkan akses pemasaran bagi produk unggulan dan potensi daerah.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, sudah ada 10,35 juta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), nelayan dan petani yang terhubung dengan platform digital pada 2018. Jumlah ini melampaui target pemerintah, yakni 8 juta UMKM yang go-online pada 2019.

Secara rinci, UMKM yang sudah berjualan secara online sebanyak 9,61 juta sejak 2017 hingga 2018. Pada 2018 saja, UMKM yang go-online mencapai 4,91 juta dari target 2,67 juta.

"Tahun ini mitra yang baik kelasnya go-online, UMKM jumlahnya di atas 8 juta," kata Menteri Kominfo Rudiantara saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Rabu (16/1).

Sementara petani dan nelayan yang terhubung ke platform sebanyak 739,85 ribu sepanjang 2017-2018. Khusus pada 2018 saja, 406,3 ribu dari target 400 petani dan nelayan yang go-online. Tahun ini, Kementerian Kominfo berharap agar nelayan dan petani yang go-online mencapai 1 juta.

(Baca: Kominfo Alokasikan Rp 109,4 Miliar untuk 20 Ribu Talenta Digital)

Adapun marketplace seperti Tokopedia dan Bukalapak sudah merangkul 4 juta pelapak. Lalu, layanan pembayaran besutan Gojek yakni PT Dompet Anak Bangsa (Go-Pay) juga sudah merangkul 240 ribu mitra yang 39,58% atau 95 ribu di antaranya merupakan UMKM.

Meski demikian, jumlah tersebut masih terbilang kecil jika dibanding total UMKM di Indonesia yang mencapai 56 juta. Brand and Digital Science Expert Founder of Tram Digital Erwin Panigoro sempat menyebutkan, ada empat hal yang membuat UMKM sulit beralih ke digital.

Pertama, resistensi terhadap perubahan. Beberapa UMKM menganggap teknologi adalah hal baru, sehingga mereka masih meraba-raba potensi bisnisnya terlebih dulu.

Kedua, resistensi terhadap teknologi. "Di Tangerang Selatan, misalnya, 60% dari 500 UMKM di satu komunitas menganggap produknya tidak butuh teknologi," katanya.

(Baca: Pelaku UMKM Minta Aturan Pajak E-Commerce Ditunda Satu Tahun)

Ketiga, masalah pemahaman karakter dan pola pembelian konsumen. Kebanyakan UMKM membuat produk atas kemampuan yang mereka punya, bukan keinginan pelanggan. "Misalnya, saya bisanya buat gado-gado. Ya saya buat itu," kata dia. Padahal, riset ini penting supaya produk bisa diterima konsumen. Sementara data perilaku konsumen akan lebih mudah diperoleh jika bisnis dikelola secara digital.

Keempat, kurangnya keunggulan bersaing. Bila berjualan secara online, masih banyak UMKM yang tak paham pentingnya penampilan produk. Padahal, tampilan ini penting supaya produknya lebih menarik di antara banyaknya barang yang diperdagangkan lewat platform e-commerce ataupun aplikasi layanan online to offline (O2O) seperti Go-Food dari Gojek.

Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...