The Fed Diprediksi Tak Agresif, BI Tahan Bunga Acuan 6%

Martha Ruth Thertina
17 Januari 2019, 15:21
Bank Indonesia
Donang Wahyu|KATADATA

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate pada level 6%. Tingkat bunga ini telah bertahan sejak November tahun lalu. Keputusan tersebut dengan mempertimbangkan berbagai faktor domestik dan global, termasuk kenaikan bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang diprediksi tidak seagresif tahun lalu.

“Berdasarkan assesment baik sekarang maupun kondisi ke depan, ekonomi global, dalam negeri, dan berbagai faktor yang tadi kami sampaikan, rapat Dewan Gubernur pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk memertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers, Kamis (17/1).

Dalam paparannya, ia menjelaskan, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), diprediksi hanya akan menaikkan bunga acuannya sebanyak dua kali. Bahkan, sebagian pelaku pasar memprediksi kenaikan hanya satu kali. Di sisi lain, perekonomian Eropa melambat sehingga bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB), diprediksi akan memeperlambat langkah normalisasi moneternya.

(Baca: Gubernur BI Sebut Suku Bunga Acuan 6% Hampir Mencapai Puncaknya)

Kondisi tersebut ditambah meredanya ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok telah mendorong kembali mengalirnya modal ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada Desember lalu, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik mencapai US$ 1,9 miliar, dan terus berlanjut pada awal tahun ini.

Seiring kondisi tersebut, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS stabil, bahkan diperkirakan cenderung menguat. Perkiraan tersebut juga dengan mempertimbangkan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan turun tahun ini dan berkembangnya pasar valuta asing domestik, termasuk Dmestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

Adapun level bunga acuan saat ini juga dinilai masih mendukung upaya pengendalian defisit transaksi berjalan dan keberlanjutan aliran masuk dana asing. “Keputusan bunga acuan saat ini juga masih sejalan dengan upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan memertahankan daya tarik aset keuangan domestik,” kata dia.

(Baca: Bank-bank BUMN Harap BI Hanya Satu Kali Naikkan Bunga Acuan Tahun Ini)

Ke depan, Perry menyatakan pihaknya akan terus menempuh strategi operasi moneter untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun valas. Ini guna menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan. BI juga akan terus berkoordinasi untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik, ketahanan eksternal, termasuk defisit transaksi berjalan turun ke 2,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Adapun dengan tingkat bunga yang lebih tinggi, BI memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan berada di kisaran 10-12%, dan dana pihak ketiga 8-9%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diyakini bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu. BI memperkirakan ekonomi tumbuh pada kisaran 5-5,4%, ditopang oleh terjaganya permintaan domestik dan membaiknya ekspor neto.

Sejalan dengan bunga acuan tetap, BI memertahankan suku bunga simpanan (deposit facility) di level 5,25%, dan suku bunga pinjaman (lending facility) di level 6,75%.

(Baca: Prediksi Berbeda Ekonom Tentang Arah Kebijakan Bunga Acuan BI di 2019)

Keputusan BI memertahankan bunga acuan sejalan dengan prediksi beberapa ekonom, di antaranya Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto. “Tidak ada pressures yang membuat BI harus mengubah keputusan bunga moneter,” ujarnya.

Dengan prediksi bunga acuan AS naik dua kali tahun ini, Myrdal pun memperkirakan BI akan mengerek bunga acuannya sebanyak dua kali, pada Juni dan Desember. Ini juga untuk mengantisipasi inflasi yang dapat meningkat imbas naiknya permintaan saat Lebaran dan Natal.

Reporter: Rizky Alika

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...